Friday, 14 June 2019

MENANTI DHUHA DI HIJIR ISMAIL 3

Abu Dhabi Airport


 Setelah menikmati perjalanan dari Jakarta ke Abu Dhabi dengan menggunakan pesawat, (maaf saya lupa berapa lama waktu tempuhnya…red), tibalah kami di bandara di Abu Dhabi. Dan kami harus menunggu sekitar 4-5 jam sebelum melanjutkan perjalanan ke Madinah. Bandara di Abu Dhabi ini adalah bandara yang bagus dan ramai. Tentunya menjadikan saya berkeinginan untuk bekerja di Abu Dhabi. Selama menunggu jadwa berangkat berikutnya, banyak jemaah-jemaah yang tidur, ada yang ngobrol dan ada yang jalan-jalan. Saya pun jalan-jalan di sekitar ruang transit sambil mencari-cari tempat jual makanan. Karena itu waktu hampir jam 2 pagi, kawatir saya bakal masuk angin makanya saya mencari tempat makan dan saya pun mengajak istri saya tapi dia menolak dengan alasan masih kenyang. Akhirnya saya mencari makan sendiri tapi sebelumnya saya menukar mata uang Australia ke Mata Uang UEA.

Saya makan sekitar jam 2 pagi dan saya memesan makanan di MCDonald dengan minumannya Pepsi Cola. Saya menyantapnya sampai habis dan mungkin Cuma saya yang dari jemaah Raudoh makan di sana karena sebagian sudah pada tidur di kursi-kursi ruang transit. Selesai makan di MCDonald dan sekitar kurang lebih satu jam, perut saya merasa tidak enak dan saya akhirnya ke toilet untuk buang air besar dan mencret. Semua isi perut saya dikuras saat itu. Dan setelah saya keluar dari toilet Bandara, masuk lagi karena process pembuangan kotoran dan rasa sakit perut saya belum berakhir juga. Setelah dua atau tiga kali buang air besar, saya menjumpai istri saya untuk minta obat sakit perut. Tapi tentunya yang diterima bukan obat tapi teguran karena tidak menuruti apa yang dikatakan istriku. Tapi untungnya pesawat masih lama berangkat sehingga saya bisa duduk-duduk dahulu menghilangkan rasa sakit perut saya itu. Akhirnya saya merasa kapok untuk meminum Pepsi Cola di pagi hari atau karena sebelumnya saya makan TomYam saat di Jakarta sehingga terjadi kontaminasi antara Cola dengan Tom Yam. Tapi entahlah mana yang benar yang penting saat itu saya tengah menahan rasa sakit perut walaupun sudah diberi minyak angin atau balsam di atas perut saya.


Terus terang saya tidak pernah ada masalah perut saat minum Pepsi Cola karena memang saya sangat suka dengan minuman tersebut apalagi kalau capek berat, yach minumnya Coca Cola. Tapi entah kenapa pas di Abu Dhabi, jadi seperti ini, selah-olah perutku menolak minuman bersoda tersebut.


Saya hanya bisa mengucapkan itiqfar berulang-ulang dan memohon ampun kepada Allah atas kekhilafan yang kuperbuat bilamana aku melakukan kesalahan-kesalahan atas perbuatanku itu dan aku jadi takut meminum minuman bersoda seperti Pepsi Cola. Saya pun hanya bisa meratapi nasib karena kebodohanku akhirnya aku kena sakit perut padahal ini masih awal perjalanan melaksanakan ibadah Haji. Aku pun merasa mungkin aku banyak berdosa sehingga aku diuji dulu oleh Allah. Dan waktu itu aku berharap agar aku bisa segera sembuh dari sakit perut sehingga aku bisa melaksanakan ibadah haji dengan baik dan lancar. Untunglah walaupun dalam kondisi sakit perut, tapi tidak menghantarkanku untuk kembali ke Toilet.


Akhirnya ketua rombongan kami, Pak Berry meminta kami berkumpul kembali untuk segera masuk ke ruang tunggu pesawat. Tapi itulah saya pikir ruang tunggu pesawat itu hanya berjarak sekitar 100 meter saja tapi tak tahunya jaraknya lebih dari 1 kilometer dari tempat kami menunggu. Dan terpaksalah kami berlari-lari kecil ataupun berjalan dengan cepat agar segera tiba di ruang tunggu tersebut. Tak ayal, kami memerlukan waktu sekitar 20 menit dan untunglah tidak ada satupun jamaah haji yang terpisah dari rombongan

Kami berangkat Haji melalui Agent Perjalanan Haji di Australia yang bernama Raudoh Hajj. Waktu itu ongkos biaya perjalanan haji sekitar AUD$ 8.9000 /orang. Dan Jemaah Haji yang diberangkatkan Agent Haji ini berjumlah 80 orang dan rata-rata yang ikut haji itu orang Indonesia yang tinggal di Australia dimana ada Jemaah Haji dari Perth, Adelaide, Brisbane, Darwin, Melbourne, Sydney dan Canberra. Jemaah Haji Raudoh yang terbanyak berasal dari Sydney. Kalau kami dari Canberra berjumlah 8 orang saja.  Tapi jumlah kami saat itu yang berangkat adalah sekitar 75 orang karena yang 5 orang lagi masih tertahan di Australia
Walau perut terasa sakit, tetap saja saya berzikir agar rasa sakit perut saya itu segera hilang. Kadang aku beranggapan bahwa Allah sengaja mensucikan perut saya dari makanan dan minuman haram sebelum masuk ke tana suci Makkah dan Madinah. Tapi hanya Allah lah yang tahu kejadian sebenarnya saat itu.   
  
Setelah kami tiba di areal ruang tunggu untuk keberangkatan ke Madinah, Tak lama kemudian pengumuman boarding naik ke pesawat, Dan kami pun bergerak untuk naik ke Pesawat. Saya lupa berapa lama kami berada dalam pesawat karena waktu itu daya ingat saya sudah berkurang karena akibat menahan rasa sakit perut. Anggap saja perjalanannya sekitar 1 jam dan kami pun tetap menggunakan pesawat Itihaj Airlines.

Note : 
saat berada di Makkah pun saya mencoba minum cola tapi saat meminum satu teguk ada terasa bunyi di dalam perutku dan akhirnya saya memutuskan tidak minum cola selama menunaikan ibadah haji. Mungkin perut saya tidak cocok dengan minuman bersoda saat Haji karena biasanya saya minum coca cola sebelum saya berangkat haji. Karena Coca Cola bikin badan jadi punya energi. (itu coca cola Australia bukan coca cola Indonesia..red)

YOU ARE GOOD MAN (CERITA BERMALAM DI MUZDALIFAH)

Assalammualaikum Wr. Wb,

Penulis akan menceritakan suatu pengalaman dari menjalankan ibadah Haji tahun 2014 dimana penulis berjumpa dengan orang dari Amerika Serikat yang mengatakan bahwa penulis itu adalah orang baik "You are good man" sewaktu penulis bermalam di Muzdalifah. Maaf penulis tidak bermaksud Riya atau bagaimana, tapi disini penulis ingin berbagi cerita untuk mencari kebaikan dan pahala Allah, Karena apa pun yang kita perbuat baik di dunia di ketahui oleh orang lain dan juga Allah.

Waktu penulis menunaikan ibadah haji adalah penulis punya niatan disamping menyambut panggilan Allah, menjaga muhrim istri dan juga punya niatan berbuat baik kepada orang lain selama di kota suci Makkah dan Madinah. Tapi bukan berarti penulis tidak pernah berbuat baik selama menjalani kehidupan. Tapi penulis tidak mau cerita bagaimana penulis berbuat baik selama hidup tapi intinya perbanyak bersedekah dan menyantuni anak yatim.

Anggap saja seperti cerita sebelumnya dimana penulis membantu seorang kakek masuk ke Hijir Ismail , penulis anggap salah satu carai berbuat baik kepada sesama manusia. 

Singkat cerita, waktu itu setelah jemaah haji berdiam di Arafah dan setelah matahari terbenam kami pun beranjak menuju ke Muzdalifah, untuk bermalam di sana. Dan sesampainya di Muzdalifah, kami pun berdiam dan duduk di lokasi dekat Toilet Umum. Dan tentunya banyak orang yang berlalu lalang di sana.

Kami waktu itu dibekali hanya mie istant (Pop Mie) sehingga setibanya kami di Muzdalifah, kami membeli Air Panas dengan Harga 1 Real untuk memasak mie instant tersebut dan juga minum teh yang tidak pahit. Jadi makan malam sewaktu di Muzdalifah adalah makan mie istant yang dikemas dalam pop mie. Memang tidak mudah mencari makanan di areal Muzdalifah. Yang hanya adalah tanah lapang dan toilet umum serta manusia.

Kami berencana menghabiskan 2/3 malam di sana. Setelah sampai di sana, kami pun berwudhu dan melaksanakan sholat Maghrib dan Isya dijamak dan berjamaah. Setelah itu kami pun tidur dan berusaha untuk tidur. Udara pada waktu itu panas karena mungkin banyak orang disekitar sana tapi mungkin terasa dingin dari hawa yang keluar dari Toilet Umum yang berada di dekat kami.

Seperti sebelumnya, penulis mempunyai kebiasaan jelek yaitu suka terbangun di malam hari, jadi mungkin pada waktu itu penulis terbangun pukul 12 malam dan penulis pun duduk dan melihat di sekitar, dimana masih banyak saja orang berlalu lalang di sekitar kami dan memang karena kami tidur di dekat toilet umum dimana banyak orang yang mau mandi, buang air kecil maupun besar. Dan termasuk saya juga.

photo diambil dari atas Toilet Umum
Ketika terbangun , penulis mempunyai planning untuk ke toilet dan setelah itu mencari batu untuk melempar jumroh baik untuk diri sendiri maupun untuk istri saya. Sebelum ke toilet penulis membaca surah Yasin terlebih dahulu untuk memanfaatkan waktu berada disana, melaksanakan sholat tahajjud dan witir dan akhirnya membuat hajat besar maupun kecil di toilet umum di dekat kami tidur.

Saat penulis melangkah ke toilet umum, terlihat pimpinan rombongan haji tidur di tempat dimana orang berlalu lalang dan herannya beliau bisa tidur padahal tentunya banyak dilangkahi orang saat orang berjalan.

Setelah kembali dari Toilet Umum dan melangkah ke pinggiran Toilet umum tersebut, penulis melihat banyak sekali bebatuan yang ada disekitarnya. Tapi sebelumnya penulis sudah survey sebelum tidur dan mungkin membantu orang mencari batu-batu tersebut tapi kebiasaan jelek penulis adalah suka menunda-nunda pekerjaan.

Akhirnya penulis jongkok dan sibuk mencari-cari batu-batu untuk melempar jumroh. Ketika penulis memilih batu-batu yang ada di halaman sekitar toilet umum , Tiba-tiba. ada seorang gadis dari Afrika karena badannya rada hitam dan duduk jongkok di sebelah saya dan sibuk juga mencari batu-batuan.
Dan akhirnya dia mengajak ngobrol penulis dan bertanya dalam bahasa English (tapi dalam cerita ini penulis akan mentranslate ke dalam bahasa Indonesia...red)

"Assalammualaikum," sapanya

Jemaah Haji tidur berdiam 2/3 malam di Muzdalifah
"Waalaikum salam," Jawab saya, sebenarnya penulis berharap ada wanita cantik dan putih disebelah penulis yang mencari batu tapi walaupun hitam tapi nampaknya cantik. karena penulis lihat wajahnya masih muda. dan pada waktu itu nampaknya dia berdua dengan temannya atau mamaknya. karena yang satunya terlihat lebih tua dari dia.

"Tahukah kami sebesar apa batu yang perlu kita siapkan untuk melempar jumroh", tanya dia lagi

"Ada baiknya batu-batunya tidak perlu besar-besar dan cukup ukuran seperti ini "jawab saya menunjukkan batu-batu yang saya telah pilih.

"Lagian sebenarnya yang kita lempar itu adalah sifat jelek kita atau diri kita atau setan yang ada didiri kita atau hawa nafsu kita (pilih saja mana yang baik menurut pembaca...red) . Tiang itu cerminan dari setan yang ada diri kita." jawab menjelaskannya kembali. Saya dengar cerita dari Ustaz mengenai Melempar Jumroh sehingga saya bisa cerita ke cewek itu.

"Lagipun tempat lempar jumrohnya lebar dan luar, sehingga dengan batu kecil seperti ini akan sampai mengenai tiang simbol setan tersebut", jawab saya lagi.

"Oh oke saya mengerti dan jadi batu sebesar ini boleh", katanya lagi

"Ya boleh saja, jadi seperti itu dan disini banyak ", jawab saya.

Setelah itu dia mengucapkan terima kasih dan sama-sama mencari batu dan entah kenapa setelah itu tidak ada percakapan lagi dan nampaknya dia asyik mencari batu dengan temannya .

Setelah saya selesai mencari batu untuk melempar Jumroh dan saya rasa cukup untuk istri dan saya, akhirnya saya berdiri sambil menoleh ke kiri dan ke kanan. Dan tiba-tiba saya disapa orang lagi.

"You are good man", sapa dia sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Tidur dengan rapi dan ikhlas mengharap ridho Allah
"Thanks ", jawab saya salah tingkah karena tidak menyangka akan ada orang yang menyapa saya. Saya pun tidak tahu darimana dia tahu saya orang baik (hehehehe) , apakah dia selama ini memperhatikan saya dimana saya berada atau sesaat dimana kala itu membantu wanita Afrika mencari batu-batuan.

Perawakannya kurus proporsi dan tingginya lebih sedikit dari saya  (tinggi saya 176 cm) dan berjanggut , berambut gondrong dan memakai baju ihram.

Untuk menghilangkan kebisuan sesaat dan juga rasa GR yang berlebihan karena dibilang "Orang Baik" maka saya pun bertanya

"Kamu dari mana? "

Dan dia menjawab kalau dia dari kota kecil di Amerika Serikat, dan dia menyebutkan nama kotanya tapi saya lupa pastinya nama kotanya. Mungkin saja Memphis dan dia menyebut semua komunitas kecil di Memphis. Dan namanya pun lupa. Dan saya lupa berphoto bersama dia waktu itu.

Saya bilang saya dari Indonesia tapi mengambil haji dari Australia karena saya tinggal di Canberra.

Setelah itu kami berdua pamitan karena dia mau melanjutkan perjalanannya, mungkin saja mencari rombongannya karena waktu itu dia hanya melintas melewati rombongan jemaah haji kami yang tidur di sebelah toilet. Dan saya pun kembali ke rombongan dan duduk kembali ke tikar saya dan kembali untuk tidur.

Terus terang saya tidak tahu siapa laki-laki itu dan waktu itu saya anggap hal yang biasa karena saya biasa di tegur dan di sapa orang saat menjalankan ibadah Haji. Yang herannya kok dia tiba bilang saya ini orang baik dan dari mana dia tahu atau apakah dia lihat kebaikan saya , padahal jamaah haji yang berada di tanah suci itu lebih dari dua juta orang. Dan saya pun tidak pernah melihat orang itu dan juga untuk Amerika Serikat tidak satu tenda di Mina.

Saya sempat beranggapan bahwa itu adalah Nabi Khidir tapi setelah saya baca-baca dan bertanya ke orang yang ngerti agama dalah bahwa Nabi Khidir sudah wafat.

Hikmah dari cerita ini adalah kita tidak tahu apakah ada yang memperhatikan pada saat kita berbuat baik dengan sesama mahluk hidup, kita tidak tahu apakah ada yang mencatat kebaikan kita tapi kita hanya menjalankan dan melaksanakan sikap berbuat baik hanya karena ingin berbakti kepada Allah dan mendapat ridho dari Allah.

Penulis bukan orang baik karena masih banyak orang yang tak suka dengan penulis tapi penulis selalu berniat untuk membantu orang lain dan mencari kebaikan semata-mata karena Allah.

Lelaki itu saya tidak tahu siapa dan kenapa dia bisa bilang " You are Good Man" dan menyodorkan tanggannya kepada penulis untuk bersalaman

Semoga kita semua terhindar dari sifat-sifat sombong

Wasaalam

23 April 2017






MAAF ISTRIKU, AKU TIDAK BISA MENGAJAKMU KE HIJIR ISMAIL

Assalammualaikum,

Dibawa ini adalah cerita lainnya ketika sedang berada di Hijir Ismail saat menjalankan ibadah Haji tahun 2014 yang lalu. Berikut kisah yang terjadi dan ini adalah copy paste dari blog saya yang lainnya.

Ada sedikit rasa bersalah kepada istriku saat aku menceritakan kesan-kesanku pada saat naik haji beberapa bulan yang lalu dihadapan teman-teman pengajian dimana aku berkumpul untuk menambah rasa keimananku kepada Allah. 
Aku ceritakan bahwa aku setiap hari masuk ke dalam hijir ismail baik itu di kala pagi, siang ataupun malam Anggaplah aku merasa bangga karena setiap keinginanku untuk masuk ke dalam Hijir Ismail, dikabulkan oleh Allah. Apalagi aku sempat memandu orang tua asal Jawa Tengah Untuk masuk ke dalam Hijir Ismail.


Ramainya Jemaah Haji yang memadati Hijir Ismail



Jemaah Haji Indonesia sedang Sholat Sunnah
Aku baru sadar bahwa rasa ketidak sukaan istriku dikarenakan aku pergi sendirian tanpa mengajak dia ke Hijir Ismail. Tapi aku punya alasan tersendiri kenapa aku tidak bisa mengajak istriku ke dalam Hijir Ismail untuk sholat sunnah ataupun berdoa kepada Allah. Alasannya bahwa Aku Tidak Bisa Menjaga Muhrimku saat aku berusaha masuk dan bertahan di dalam Hijir Ismail. Karena masuk ke dalam Hijir Ismail di musim haji ini, ibarat masuk ke dalam suatu tempat yang sempit dan belum bisa dipastikan kapan bisa keluar dari tempat itu kecuali berdoa kepada Allah. Juga saat memasuki Hijir Ismail pun tergantung kata hatiku, kalau kata hatiku bilang "Kita bisa masuk sekarang" maka aku masuk dan bila  tidak boleh masuk, tidak ada celetukan di dalam hatiku.

Aku setiap mau masuk ke dalam Hijir Ismail, pertama yang kulakukan adalah membaca Al Qur'an minimal 1 juz. Ya Aku membaca Al Qur'an 1 juz, dengan harapan Allah memberiku kekuatan untuk bisa masuk ke dalam Hijir Ismail. Dan juga perasaan saya apabila saya telah membaca Al Qur'an , badanku terasa kuat dan perasaan seluruh badanku baik tangan, kaki, hati maupun pikiranku, Ikhlas membawaku ke dalam Hijir Ismail. Mungkin itulah terapi yang kulakukan agar aku bisa menembus masuk ke dalam Hijir Ismail di Kala Musim Haji.
 
Jadi saya memang sengaja tidak mengajak istri saya ke dalam Hijir Ismail, dengan beberapa alasan, yaitu : (Coba lihat dalam gambar di atas..red)


1. Aku terus terang tidak akan bisa menjaga Muhrim Istiku saat ingin masuk dan keluar, dikarenakan pintu masuknya cuma satu dan hanya berukuran sekitar 4-5 meter saja.Dan tentunya berhimpit-himpitan dan tentunya pelecehan seksual akan terjadi di sana baik sengaja atau tidak sengaja.


2. Kalau dilihat pada gambar, berapa persenkah wanita berada di dalam Hijir Ismail? Tentunya tidak sebesar persentase pria. Jadi wanita bisa menjadi obyek pelecehan seksual kan?


3. Aku saja kadang tidak bisa menjaga diriku atau barang yang kubawa saat berada di dalam sana, karena aku harus mengikuti arus manusia yang mau masuk ataupun mau keluar. Dan mungkin saja Hp saya hilang saat saya mengajak orang tua untuk masuk ke dalam sana. Sehingga aku lalai dengan barang-barang yang kubawa, Alapagi bila aku harus menjaga istriku saat berada di sana. 

4, Aku juga secara tidak sengaja melakukan pelecehan seksual ketika tanganku menyentuh dada seorang wanita karena saat itu aku sedang melindungi orang lain yang sedang sholat sunnah dan wanita itu mendapat dorongan dari belakang dan akhirnya mengenai tanganku, Aku pun terkejut dan meminta maaf serta berusaha melepaskan tangan dari himpitan dadanya walau akhirnya laki-laki yang kulindungi saat sholat terganggu karena aku melepaskan perlindunganku.


5. Orang2 di dalam sana, kebanyakan sudah banyak dimiliki oleh setan sehingga tidak ada lagi rasa pengertian dan rasa sabar dan santun karena semua punya keinginan yang sama untuk beribadah kepada Allah. Tapi tentunya Allah memikirkan ibadah mereka yang menzalimi orang lain saat beribadah kepada Allah di dalam Hijir Ismail.


Dan lagi saat saya berada di dalam sana, ada seorang ibu-ibu kerasukan setan, karena mukanya menunjukkan rasa marah dan memukul-mukul seorang laki-laki yang tengah berdoa sambil memegang dinding Kabah. Mungkin sekitar 5-6 kali atau lebih, ibu itu tanpa sadar memukul. Akhirnya akhirnya saya bisa bilang ke Ibu itu,"Bu! jangan kayak begitu, Ini rumah Allah, harusnya ibu berbuat baik. Macam mana ibu mau haji kayak begini...!! Dan akhirnya teman ibu itu menyadarkan dia dan berusaha memegang tangannya agar tidak memukul lelaki itu.


6. Untuk sholat sunnah dan berdoa saja susah dan harus pandai-pandai berbuat baik kepada orang lain, agar pada saat kita sholat sunnah, kita tidak diinjak-injak orang pada saat sujud. Maksudnya kita berusaha menjaga orang lain saat dia sholat dan saat berdoa. Sering kali saya mengingatkan orang yang sujudnya berlama-lama, agar tidak berlama-lama saat sujud dan saat sholat, karena resiko diinjak-injak orang, bisa saja terjadi. Malah ada sekelompok orang yang sholat di dekat pintu masuk Hijir Ismail.

Jadi kesimpulan dari cerita di atas bahwa Aku tidak mengajak istriku ke dalam Hijir Ismail saat musim haji dikarenakan Aku tidak bisa menjaga muhrimnya, orang-orang di dalam sana sudah dirasuki oleh setan karena tidak sabar, punya emosi tinggi dan kadang berantem satu sama lain untuk mendapatkan posisi yang pas untuk sholat, terjadi pelecehan seksual baik sengaja maupun tidak sengaja dan tidak aman bagi seorang wanita berada di dalam sana saat musim Haji.
 
Insya Allah, bila umurku panjang, punya rejeki dan uang yang melimpah dan aku masih bersama istriku dalam rumah tangga, aku akan mengajak istriku dan anak-anakku dalam Hijir Ismail saat Umroh, karena Insya Allah aku bisa menjaga mereka saat masuk, keluar dan berada di dalam Hijir Ismail.
 
Insya Allah, istriku bisa mengerti alasan-alasan tersebut diatas..Dan  bisa memaafkan kesalahanku untuk tidak membawa dia ke dalam Hijir Ismail di waktu musim Haji.
 
Canberra, 30 November 2014.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  

Note :
Saat Kami melakukan Haji Wada, saya tidak melihat lagi orang bertebaran di dalam Hijir Ismail. Dan saya mendapat alasan bahwa tidak aman bila Hijir Ismail di buka saat kondisi jemaah Haji yang membeludak seperti itu. Karena memasuki Rumah Allah, kita harus sabar dan ikhlas bila ingin mendapat senyuman yang terindah dari Malaikat penjaga Hijir Ismail.    


 cerita ini pernah dibuat di blog saya yang lain.
   https://pujanggapiping.blogspot.co.id/2014/11/kenapa-aku-tidak-mengajak-istriku-ke.html   

KETIKA SEGELAS AIR MINUM INGIN MERUNTUHKAN KEIMANANKU

Cerita ini adalah cerita pengalaman sewaktu menunaikan Ibadah Haji tahun 2014, Dimana di minggu ketiga kami di tempatkan di suatu Motel di Wilayah Aziziah. Dimana Motel tersebut menurut teman-teman kurang bersih dan berdebu. Karena wajar dimana motel tersebut hanya dipakai sewaktu Haji saja. Jadi Banyak teman-teman haji merasa tempat itu kotor dan mereka pun membersihkan tempat tidurnya, kamarnya dan Toilet nya. Tapi Penulis, Alhamdulillah mendapatkan kamar yang lumayan bersih dibandingkan yang lain dan lokasinya di pojok. Tapi itu menurut penulis, kalau tempat tidur bersih, tak berdebu, kamar pun bersih,toilet pun bersih. Mungkin karena penulis orangnya malas makanya Penulis malas membersihkan dan dianggap semua bersih..Mencoba ikhlas menerima sesuatu yang dihadapi sewaktu haji makanya penulis terima semua keadaan tersebut. Tapi memang untuk ukuran cleaner seperti penulis ini, kamar yang ditempati penulis memang bersih.

Disini penulis mau cerita mengenai suatu kejadian yang dialami berkenaan dengan dipegangnya Al Qur'an di tangan kiri oleh salah satu jemaah haji dan teman kami juga.

Saat ini disiang hari yang cukup panas, sekitar pukul 3 sore. Ketiga dahaga memuncak. Saya keluar dari kamar kami yang berada di lantai tiga gedung tersebut dan bermaksud mengambil air minum umum untuk menyeduh teh dan Mie Instant yang ditempatkan di lantai dua, dekat dengan kamar para Ustaz pembimbing/ Muthawib.

Ketika saya melangkahkan kaki saya turun ke lantai dua untuk mengambil air minum. Saya lihat teman jemaah kami yang sedang memegang gelas berisi Air Minum di tangan kanan dan memegang Al Qur'an di tanggal kirinya. Saya terkejut melihatnya dimana menurut pandangan saya, kita tidak boleh memegang MAshab Al Qur'an di tangan kiri dan apalagi kita tinggal di suci Haraam / tempat suci. Saya tahu jemaah tersebut adalah Muallaf dan saya tahu dia baru belajar membaca Al Qur'an.
Kemungkinan dia tidak tahu bahwa ada hukumnya memegang Al Qur'an. Mungkin dia masih anggap itu sebuah buku biasa. Akhirnya saya sapa dia .

Hai  Mate," (karena dia orang Australia jadi saya pakai bahasa English)," Sapa saya





"Kenapa Bapak pegang Al Qur'an di tangan kiri dan tangan kananku memegang gelas air minum", tanya saya seterusnya.

"Kalau Al Quran di sebelah kanan, bagaimana saya minum air '" jawab dia.

"Tapi Pak, kita tidak boleh memegang Al Qur;an di tangan kiri apalagi di tanah Haraam ini," kata saya lagi.

"Apa sich bedanya tangan kiri dengan tangan kanan, karena saya pengen minum, dan saya pegang Al Qur'an, makanya sementara saya pegang dengan tangan kiri dan setelah selesai minum saya pegang Al Qur'an di tangan kanan saya lagi." jawab dia panjang lebar.

"Coba lihat nich, bagaimana saya minum," katanya sambil memperagakan posisi tangannya

Sebenarnya saya ingin menanggapi komentar dia lagi tapi ingat kalau tempat kami masih di tanah Haraam dan takut membuat orang lain tersinggung apalagi berkata-kata kasam. Dan saya pun tidak mau kena Dam. Akhirnya saya menggangguk menyatakan Oke walau dalam hati tidak bisa menerima.

Rupanya sewaktu kami bercakap-cakap mengenai Al Qur'an dan Segelas Air Minum dilihat oleh Pembimbing Haji kami (Muthawib) dan dia pun hanya diam dan tersebut. Terkesan tidak mau mencampuri pembicaraan kami



Karena ada yang memperhatikan kami akhirnya pun saya berkata

"Tapi kita tidak boleh memegang Al Qur'an di tangan kiri",

 Karena mungkin dia tidak mau berdebat, akhirnya dia meninggalkan saya dan Ustaz Pembimbing kami untuk masuk ke kamarnya dengan membuang air minumnya dan segera memegang Al Qur'an di tangan kanan. Dan mungkin dengan kondisi jiwa yang kesel dengan teguran penulis.

Sore pun berlalu dan malam pun tiba, Kami pun mengadakan aktivitas-aktivitas keagamaan seperti Manasik Haji dan ceramah. Dan ketika semuanya berlalu , kami pun kembali ke kamar kami untuk tidur.

Ada kebiasaan jelek penulis yaitu penulis suka bangun pagi-pagi dan melaksanakan sholat Tahajjud. Dan ketika penulis terbangun pukul tiga pagi dan karena haus. Akhirnya penulis keluar dari kamar dan turun ke lantai dua untuk mengambil air dari water dispenser. Secara tak sengaja, penulis nampak seorang jemaah haji Australia yang juga rombongan kami, yang siang tadi berbincang dengan penulis mengenai Al Qur'an di tangan kiri, tengah duduk di depan kamar ustaz pembimbing kami sambil memegang perutnya sambil menahan kesakitannya.




"Ada apa dan kenapa?" tanya saya dengan nada turut prihatin

 "Perutku sakit dan buang air terus" jawab dia sambil menahan sakit.

"Mungkin karena air minum itu karena habis minum air itu, perutku sakit dan aku sering buang air besar", jawab dia lagi.

Rupanya dia kena diare karena dianggapnya dia meminum air dari water dispenser kemaren siang


Tak lama keluarlah si ustaz pembimbing kami yang tadi siang melihat percakapan saya dengan Mate ini dan segera menanggapi keluhan dari Jemaah ini. Akhirnya saya bertanya ke Ustaz.

"Pak Ustaz, kenapa kawan ini" tanya saya

"Dia sakit perut dan sebentar lagi dibawa ke rumah sakit dekat sini " Jawab si Ustaz

Tak lama kemudian Si Ustaz membawa teman yang sakit ini ke rumah sakit yang ada di dekat dimana tempat kami menginap. Dan menurut informasi, teman saya ini mendapatkan infus dan malam harinya sudah kembali ke hotel dan sudah sehat kembali.


Tapi percaya tidak percaya, logika tidak logika, Rupanya dari hasil investigasi, air minum dalam dispenser itu sudah satu tahun nggak pernah diganti. Jadi kemungkinan disitulah teman mendapatkan sakit perutnya itu. Namun anehnya, tidak hanya dia saja yang minum air dari Dispenser tersebut tapi juga penulis dan jemaah lainnya meminum air dari dispenser tersebut.

Penulis pun menghubung-hubungkan sakit perutnya teman saya ini berhubungan dengan dipegangnya air minum tangan kanan dan Al Qur'an di tangan kiri. Dan untungnya dia minum hanya dua teguk saja sebelum saya tegur. Karena selepas saya tegur, langsung dibuangnya air minum tersebut. Bayangkan bilamana dia tidak membuang air minum dalam gelas tersebut bisa saja berakibat fatal bagi dirinya.

 Jadi hati2lah di Tanah Haraam, Mate. Karena kita tidak boleh sembarangan melalukan sesuatu

Salam, 20 April 2017



ALARM SECURITY BIN DAWOOD

Hari pertama saya berada di Madinah, saya cukup terkejut dan takjub karena di Madinah yang dekat Daewoo. Terlintas dalam pikiranku bahwa ada toko electronic product Daewo Korea yang menjual barang-barang mereka di kota Madinah. Terpikir dalam benakku, “kenapa Daewo mau berjualan alat-alat elektronik yang lokasinya dekat dengan Masjid Nabawi” 


Karena sering melihat tulisan Daewo maka akhirnya pada keesokan harinya, saya masuk ke dalam komplek pertokohan tersebut untuk melihat-lihat alat-alat elektronik yang dijual di sana. Saya masuk ke dalam, naik escalator dan turun tangga sambil muter-muter mencari lokasi toko alat electronic Daewo. Namun akhirnya tidak ketemu. Yang saya lihat adalah supermarket yang berada di lantai bawah dan akhirnya saya masuk sambil mencari makanan dan minuman untuk cemilan untuk di makan di kamar dimana saya termasuk orang yang suka ngemil. 


Terlihat banyak orang yang berbelanja di supermarket itu dan terlihat banyak penjaganya orang-orang Indonesia yang hijrah dan mencari nafkah disana disamping orang-orang dari Bangladesh dan Pakistan. Sempat sejenak berbicara dalam bahasa Indonesia untuk menanyakan makanan-makanan yang dijual disana. 


Setelah selesai membayar di kasir dan mau keluar dari supermarket tersebut , ternyata alarm berbunyi dan saya pun bingung jadinya. Akhirnya security menyuruh 2 atau 3 kali untuk bolak balik melewati sensor yang ada di pintu keluar dan sempat diperiksa seluruh belanjaan saya dan saya di geledah. Dalam hati saya juga ngapain saya mencuri barang disini karena saya berencana berhaji. Akhirnya sekitar setengah jam dan ada yang menjamin yaitu salah satu supervisor yang ada di sana. Akhirnya saya dibolehkan pulang padahal malu juga dilihat oleh orang-orang yang berada di sana. 


Keesokan harinya pun saya datang lagi ke sana untuk berbelanja dan berbunyi lagi alarm tersebut, saya diperiksa lagi dan dicheck belanjaan saya dan akhirnya bebas juga karena security disana sudah paham dengan saya, karena dia hanya senyum-senyum saja.


Saya pun heran kenapa ada bunyi tersebut, jadi mulailah saya berpikir untuk mencari tahu kenapa bisa ada bunyi alarm, padahal saya tidak mengambil barang yang bukan hak saya. Dan saya berpikir dengan apa yang saya pakai waktu itu, dimana di hari pertama ke sana saya pakai apa dan hari kedua saya pakai apa. Setelah dianalisa akhirnya saya mengganti celana panjang warna hitam yang saya pakai di hari pertama dan hari kedua. Akhirnya di hari ke tiga, saya masuk kembali ke supermarket itu dan tidak berbunyi sewaktu saya sudah selesai berbelanja. 

Sampai kami meninggalkan kota Madinah, saya belum juga bisa menemukan penyebab Alarm berbunyi di Kedai Bin Dawood.


Hampir dua minggu kemudian setelah kami berada di Mekkah dan sewaktu saya berbelanja di Toko Bin Dawood, saat saya mau masuk ke toko tersebut. Alarm berbunyi kembali dan bikin saya bingung lagi karena saya tidak memakai celana warna hitam. Tapi yang di Makkah ini berbeda, karena punya alat untuk melacak dimana benda yang mengakibatkan bunyi alarm tadi. Dan akhirnya ditemukan, rupanya saya lupa membuang tag alarm yang ada di pakaian yang saya beli dari Toko Khatmandu. Saya termasuk salah satu yang suka product-product Khatmandu. Saya suka membeli product khatmandu bilamana ada discount. Tapi setelah saya beli product Khatmandu dan tidak pernah melepas tag alarmnya, selama di Canberra, saya belum mengalami bunyi alarm walaupun saya sering masuk Mall dan Supermarket.  

MENANTI DHUHA DI HIJIR ISMAIL bagian 2


Bertemu Keluarga di Jakarta











          Kami berangkat ke Indonesia dahulu sebelum berangkat ke Madinah dikarenakan dari Raudoh Hajj sendiri yang membuat rencana seperti itu dengan alasan agar kami, jemaah haji bisa berkumpul dengan keluarga sebelum berangkat haji. Jadi setelah kami berkumpul dengan keluarga dan di Hari Sabtu, 13 September 2014, kami berkumpul di Hotel Millenium Tanah Abang Jakarta sebelum berangkat secara resmi ke Tanah Suci. 


      Setibanya kami di Bandara Soekarno Hatta, Kami langsung menuju ke Perumahan Bumi Serpong Damai Tanggerang untuk bermalam di rumah kakak saya dimana di rumah kakak saya pun sudah ada ibu dan adik-adik saya untuk bertemu dengan saya sebelum saya berangkat Haji. Bermaaf-maaf an dan meminta izin ibu saya, agar dipermudah untuk melaksanakan ibadah Haji. Bapak saya sudah lama meninggal yaitu di bulan Oktober 2003. 


     Di Hari Jum’at, di rumah kakak saya, diadakan syukuran Haji yaitu silaturahmi dengan keluarga baik yang ada di Bogor, di Serang maupun di Palembang, juga mengundang jiran tetangga kakak saya. Penceramah yang hadir dalam memberikan tausiah kepada kami, sedikit banyak menebalkan hati saya untuk tidak takut untuk naik haji. Dimana isi ceramahnya bercerita mengenai seorang ulama besar tapi merasa keimanannya dan akhlaknya lebih baik dari orang yang dilihatnya,



    Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hasan al-Basri melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak.


Kemudian Hasan berbisik dalam hati,
"Alangkah buruk akhlak orang itu & baiknya kalau dia seperti aku!" Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera terjun utk menolong penumpang perahu yang hampir lemas karena karam.


Enam dari tujuh penumpang itu berhasil diselamatkan.

Kemudian dia berpaling ke arah Hasan al-Basri dan berkata,
"Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya telah menyelamatkan enam orang." Bagaimanapun Hasan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata padanya,


"Tuan, sebenarnya perempuan yg duduk di samping saya ini adalah ibu saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi air biasa, bukan anggur atau arak." Hasan al-Basri terpegun lalu berkata,

"Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya dari tenggelam dlm kebanggaan dan kesombongan." Lelaki itu menjawab,

"Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan."
Semenjak itu, Hasan al-Basri semakin & selalu merendahkan hati bahkan ia menganggap dirinya sebagai makhluk yg tdk lebih dari orang lain.


Jika Allah membukakan pintu solat tahajud utk kita, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yg sedang tertidur nyenyak.


Jika Allah membukakan pintu puasa sunat, janganlah lantas kita memandang rendah saudara seiman yang tidak ikut berpuasa sunat.


Boleh jadi orang yang gemar tidur & jarang melakukan puasa sunat itu lebih dekat dengan Allah, daripada diri kita.
Ilmu Allah sangat amatlah luas.

Jangan pernah ujub & sombong pada amalanmu.

Semoga kita terhindar dr sikap bangga diri, sombong, ujub dgn amalan kita sendiri. Sekali-kali jangan pernah berkata "Aku lebih baik dari pada kamu."

     

     Setelah mendengar ceramah itu, saya berkeyakinan untuk tetap semangat yang intinya saya naik haji ke tanah suci Makkah adalah untuk memenuhi panggilan Allah. “Labaik Allah Humma Labaik” Saya merasa bahwa hanya Allah lah yang bisa mengukur ibadah seseorang dan kita sebagai manusia hanyalah menjalani perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Tidak ada manusia yang bisa menilai ibadah seseorang kecuali diri manusia itu sendiri. Jadi walau saya merasa ibadah saya masih kurang, tapi siapa tahu Allah memberikan kemudahan bagi saya dan istri saya saat menjalani ibadah haji dengan kebaikan-kebaikan dan sedekah yang saya lakukan.


     Sebenarnya niatan saya naik haji adalah ingin menemani istri saya naik haji dan menjaga muhrim istri saya, karena kasihan kalau dia sendirian selama sebulan disana dan Alhamdulillah Allah mengabulkan do’a saya. Setelah itu niatan lainnya adalah ingin berbuat baik selama saya menunaikan ibadah haji dan mencari pahala selama di tanah suci. Tapi yang akhirnya niatan yang paling kuat walaupun tidak kuat amat karena ada rasa takut yaitu untuk memenuhi panggilan Allah.


      Hari Sabtu, 13 September 2014 jam 1 siang, kami datang ke Hotel Millenium Tanah Abang Jakarta untuk bermalam selama satu malam sebelum berangkat Haji. Dan saya sekamar dengan istri saya, mungkin tujuan pihak panitia adalah agar kami bisa menikmati malam pengantin sebelum kami dihadapkan tugas-tugas berat saat menjalankan ibadah haji.



Di dalam kamar istriku berkata ,

” Mas aku ingin focus ibadah kepada Allah selama berada di Tanah Suci dan mohon mas bisa mengerti.”



Aku terkejut mendengar kata-kata istriku dan saya hanya bisa menjawab dengan jawaban ,”Ya”. Walau dalam hati berkata memangnya bisa macem-macem selama menunaikan ibadah haji? 


     “Mas pun pengen juga beribadah dengan baik selama berada menjalankan ibadah haji” Jawab saya. Padahal sebenarnya pengen juga kumpul bareng istri selama di Arab Saudi (ya sudahlah…red)



Tapi sebenarnya perkataan istri saya itu adalah di dalam kekhawatiran bahwa dia tidak bisa menjalankan ibadah haji secara penuh mengingat dia adalah perempuan dan kadang waktu datang bulan (menstruasi) sudah diprediksi bahwa akan datang saat kami menjalankan ibadah haji dan selama kami berada di Makkah. Walaupun istri saya makan obat untuk menjaga agar tidak menstruasi, tetap saja rasa kekhawatiran itu ada. Saya pun mendoakan agar istri saya bisa tetap bertahan untuk menstruasi selama menjalankan ibadah haji.


         Sabtu Sore itu kami melaksanakan Manasik Haji yang terakhir di Indonesia. Dalam Manasik Haji diajarkan cara-cara untuk melaksanakan rukun Haji, wajib haji dan juga aktifitas keseharian selama di Tanah Suci Makkah dan Madinah. Sebelum Manasik Haji berakhir, ditutup dengan do’a oleh ustaz yang memberikan pembekalan kepada kami. Banyak teman-teman jemaah haji yang menangis mendengar do’a-do’a yang diucapkan tapi anehnya saya tidak menangis dan hanya bisa melongo dan memperhatikan kenapa orang dengan mudahnya menangis. Dan dari manasik haji itu akhirnya kami mendapat info bahwa ada 5-6 orang yang belum selesai visanya dan tidak bisa berangkat bareng kami besok ke Madinah. Jadi Ustaz Ari yang rencananya berangkat bersama kami besok, akhirnya tetap tinggal di Jakarta sambil menunggu 5-6 orang yang masih berada di Australia. 


      Setelah selesai Manasik Haji, kami pun makan malam dan setelah itu kami pun beristirahat untuk bersiap-siap melaksanakan perjalanan jauh ke Madinah. 


      Hari Minggu, 14 September, sebelum subuh tiba, kami melaksanakan sholat Tahajjud bersama-sama dan banyak juga jemaah haji yang hadir di musholla. Di samping memohon agar diberi kelancaran dalam menjalankan ibadah haji juga agar diberi kemudahan kepada 5-6 orang teman jemaah haji yang masih belum selesai proses visa hajinya. Dan setelah sarapan pagi kami bersiap-siap untuk berangkat Bandara Soekarno Hatta dan jadwal kumpulnya jam 11 siang. Saya sempatkan diri jalan-jalan ke Pasar Tanah Abang untuk mencari sesuatu dan sekalian mencari makanan Jakarta. Tapi karena masih pagi, jarang toko yang buka dan juga itu hari minggu jadi daerah sekitar Tanah Abang masih sepi dari pengunjung.


         Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Hotel karena khawatir akan terlambat dan setidak-tidaknya bisa istirahat sebentar di kamar hotel sebelum kumpul. Istriku tidak mau diajak ke tanah abang karena nampaknya dia lebih focus ke ibadah. Karena saat aku tinggalkan di kamar, dia sedang mengaji. Dan saya tidak mau mengganggu kekhusukan istriku dalam beribadah.


         Pukul 11 siang kami berkumpul di Lobby Hotel Mellinium untuk absensi sebelum berangkat ke Bandara Soekarno Hatta. Kami tidak membawa koper-koper kami dimana koper-koper kami sudah berangkat lebih dahulu ke Bandara agar mudah dalam pengurusannya. Jadi hanyalah tas ransel dan tas kecil lainnya yang kami bawa di dalam pesawat nantinya. Sebelum berangkat kami pun berdo’a kembali agar 5-6 orang teman kami yang satu rombongan yang masih belum beres urusan visa hajinya segera diperlancarkan dan bisa berangkat haji secepatnya. Dan lagi-lagi saya tidak menangis diantara jemaah lain nya yang menangis. Mereka begitu khusuknya mendengarkan do’a dari Ustaz Ari sehingga mereka bisa menangis sedangkan saya lagi-lagi belum bisa khusuk berdo’a dan bisa menangis. Jadi kadang merasa tidak enak juga jadinya.


      Akhirnya kami berangkat dengan menggunakan dua bus menuju ke Bandara dan rupanya ada satu jemaah haji yang tertinggal di hotel karena Beliau itu sakit dan berangkat sendirian. Dan kami tahunya dari petugas hotel yang menghubungi salah satu pihak Raudoh. Tapi untunglah ada ada jemaah yang mempunyai saudara yang saat itu juga mengiringi bus kami, jadi keluarga jemaah haji itu kembali ke hotel untuk menjemput jemaah yang tertinggal tadi sedangkan bus kami menunggu di pinggir jalan. Setelah proses penjemputan selesai dan jemaah yang tertinggal itu naik bus, kami pun melaksanakan perjalanan kami ke Bandara sambil membaca “Labaik Allah Humma Labaik, Labaik Sarikala Labaik, Innal Hamda Wannikmata Walakal Mul Lasari Kala”


        Setiba di Bandara, kami berpencar untuk mencari makan dan juga menukar uang dollar Australia ke uang rupiah, khusus untuk makan. Setelah sholat Zuhur dijamak dengan sholat Azar, kami pun berkumpul kembali dan selalu saja saya sempatkan bersedekah baik di musholla maupun di penjaga toilet, tujuan saya bersedekah adalah berharap amal ibadah saya itu akan menjaga saya dan istri saya selama saya berada di Tanah Suci.


      Setelah proses imigrasi selesai , kami masuk ke ruang tunggu tapi sebelumnya kami sempatkan diri untuk makan malam di sekitaran Bandara dan tentunya tidak aneh bilamana harga makanan disana sama kayak harga makanan di Australia, tapi karena kami perlu makan malam, akhirnya kami santap juga makanan kami. Tapi istri saya marah dengan saya , akibat dari menu makanan yang saya makan , dimana saya memesan Tom Yam, nasi dan minuman kopi Gingseng. Dimana makanan itu tidak seharusnya dimakan saat melaksanakan perjalanan jauh menggunakan pesawat. Tapi saya cuek saja dan tetap saja makan makanan yang saya pesan. 





      Setelah masuk ke ruang tunggu, akhirnya kami berangkat menuju ke Madinah tapi kami transit dahulu di Abu Dhabi. Tapi kami tidak memakan pakaian ihram karena pesawat kami tidak melewati Miqat. Kami menggunakan pesawat Itihat Airlines.

NOVEL"MENANTI DHUHA DI HIJIR ISMAIL" I

Sebelum saya menulis dan bercerita mengenai kisah perjalanan Haji Saya dan Istri, Saya ingin memperkenalkan diri dahulu nama : H. Iwan Agung Dwi Saputra, Umur 46 tahun, pekerjaan sekarang adalah masih mencari kerja di oil & gas project sambil usaha LAJUKELA COFFEE

Saya menulis kisah ini karena saya ingin juga berangkat Umrah atau Haji kembali baik tahun ini ataupun tahun depan karena hanyalah Allah yang tahu karena dari segi materi nampaknya saya belum punya uang untuk berangkat. Kalau sekarang yang penting niat dulu aja. Siapa tahu pembacar blog ini akan mendoakan semoga do'a- do'a saya terwujud
Dan Saya menulis cerita ini hanyalah ingin berbagi kisah-kisah yang menarik yang pernah saya alami sewaktu menunaikan Ibadah Haji di tahun 2014 yang lalu. Cerita-cerita yang saya tulis ini bukan untuk bermaksud untuk riya atau pamer tentang kebesaran Allah dan kemudahan yang Allah berikan ketika saya menjalankan ibadah Haji tapi sekedar berbagi kebaikan sesame muslim.

Sudah lama sebenarnya saya ingin berbagi cerita tentang kisah-kisah yang saya alami selama sekitar sebulan mencari Hidayah Allah baik dalam perjalanan maupun selama di Makkah dan Madinah untuk menjalankan ibadah Haji.
Sebenarnya cerita-cerita yang saya tulis ini tidak ada istimewanya dan hanyalah kisah biasa yang dialami orang-orang yang menjalankan ibadah Haji.

Keinginan untuk berbagi cerita lewat buku ini sebenarnya sudah lama tapi kadang ada pertentangan di dalam bathin saya apakah saya harus menulis cerita itu atau tidak menulis cerita itu. Ada rasa ingin berbagi menceritakan tentang kebaikan Allah kepada saya, tapi kadang ada kalanya merasa apa yang ingin saya sampaikan merupakan cerita pamer bahwa saya merasa dekat dengan Allah sewaktu menunaikan ibadah Haji tahun 2014 yang lalu.

Kami berangkat Haji pada tanggal 12 September 2014 dari Sydney Australia via Jakarta dan kembali dari Haji tanggal 9 Oktober 2014 dari Jeddah ke Jakarta. Dan kembali ke Sydney Australia dua hari sesudahnya.

Sebenarnya inti saya bercerita lewat buku ini adalah bilamana kita menjadi orang baik, mau bersedekah, mau berbagi, mau menolong orang. Insha Allah akan diberikan kemudahan saat melaksanakan ibadah Haji. Karena pahala yang kita peroleh saat kita berbuat baik, akan memudahkan langkah kita atau akan mengawal kita saat kita menunaikan ibadah Haji.

Tidak semua orang bisa berbuat baik ataupun sedekah karena semua itu harus ikhlas dalam hati dan tulus, dan hanya karena semuata-mata ingin menambah pahala dari Allah.
Saya bukanlah ingin bercerita mengenai kekuatan sedekah saya sehingga dengan mudah berbuah manis dengan kemudahan menunaikan Ibadah Haji tahun 2014 yang sebenarnya tidak pernah saya rencanakan sebelumnya. Karena kami berencana untuk naik haji di tahun 2015 tapi berhubung istri saya punya alasan mau menulis skripsi maka kami berangkat haji di tahun 2014.

Almarhum Bapak saya yang mengajarkan saya bagaimama bersedekah, menyantuni anak yatim dan piatu. Karena setiap hari raya Idul FItri tiba, Bapak saya selalu memberikan uang untuk anak yatim/piatu. Itu dilakukan Almarhum sejak saya masih kecil. Dan itulah menginspirasi saya untuk selalu bersedekah dan menyantuni anak-anak yatim dan piatu. Anggap saja kalau saya merasa rejeki yang saya miliki adalah sebagian rejekinya anak-anak yatim. Jadi setiap ada uang lebih yang dihasilkan dari usaha saya, selalu saya sisihkan 10% untuk menyantuni anak-anak yatim. Dan kadang kala saya  punya keinginan untuk tidak berbagi rejeki tapi selalu saya ada permintaan bantuan yang disodorkan kepada saya. Sehingga mau tak mau saya harus mengeluarkan atau berbagi rejeki dengan anak-anak yatim dan piatu. 

Naik Haji ke Makkah merupakan keinginan seluruh umat muslim yang ada di dunia. Dan tidak mudah untuk berangkat Haji itu karena kita harus ikhlas lillahitaala atau kadang juga tanpa kita sadari kita sudah diundang untuk berangkat haji dengan cara yang mungkin sebenarnya tidak bisa masuk ke alam pikiran manusia. Dan hanyalah Allah lah yang tahu rahasia itu dan kita sebagai mahluk ciptaannya hanya bisa menjalani perintahnya dan menjauhi larangannya. 




Tidak Mudah Untuk Memutuskan Berangkat Haji

            Kami berencana untuk Naik Haji di tahun 2015 dimana di tahun itu harapannya kami mempunyai cukup uang untuk biaya keberangkatan haji, biaya untuk anak-anak yang ditinggal di Canberra dan juga biaya untuk mendatangkan orang tua/ mertua untuk menjaga anak-anak kami. Jadi semua sudah di  di awal tahun dan Istri saya yang mempunyai inisiatif untuk berangkat haji di tahun 2015 dan dari Australia. Tapi kami belum mendaftar tapi istri saya sudah bertanya-tanya dan mencari agen tour Haji di sekitaran Sydney.

            Tapi rencana hanya tinggal rencana karena tiba-tiba suatu hari di bulan Maret 2014, istri saya mengajak saya untuk naik haji di tahun 2014 dan membatalkan rencana untuk berangkat haji di tahun 2015. Alasannya adalah karena istri saya akan menulis tesisnya dan tahun 2015 adalah jadwal paling sibuk buat istri saya mengingat tahun 2015 adalah tahun terakhir istri saya kuliah di Australia.
           Waktu itu Istri saya adalah Mahasiswa S3 di ANU Canberra dan istri saya mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Australia untuk melanjutkan kuliah di Australia tanpa bayar. Istri saya mengambil study Medical Research mengambil tema Liver Cancer. Sedangkan saya adalah seorang Cleaning Service yang bekerja di ISS Facilities Services di areal ANU. Karena peluang kerja untuk posisi yang sesuai dengan bidang yang saya geluti yaitu piping design engineering tidak bisa saya lamar karena visa saya adalah visa spouse student. Karena untuk bekerja sebagai engineer di Australia, syaratnya minimal PR atau mempunyai working visa. Karena saya tidak mempunyai itu semua akhirnya saya melamar semua posisi yang ada. Sehingga Alhamdulillah saya mendapatkan pekerjaan sebagai Cleaner dan terakhir kerja di ISS Facilities Service Australia. Anak kami ada 2 orang dan semuanya laki-laki dan mereka semua sekolah di Canberra tanpa biaya / gratis. 

          Saya mendengar permintaan istri saya itu langsung saja saya jawab, saya tidak bisa berangkat tahun ini karena tidak mempunyai cuti yang cukup sehingga ada kemungkinan saya bakalan kehilangan pekerjaan dan juga saya merasa dalam Hati, saya masih belum siap untuk berangkat haji tahun itu. Dan saya minta ke istri untuk melaksanakan sesuai planning yang kami buat bersama yaitu Berangkat Haji tahun 2015. Ada sedikit pertengkaran mengenai berangkat haji itu dimana kami juga ada sedikit masalah di biaya Haji karena uang yang kami punya pas-pas an saja. Tapi istri saya mempunyai tekat bulat untuk berangkat Haji tahun itu walau saya menolaknya. Tapi saya tidak melarang istri saya untuk berangkat haji tahun ini karena istri saya punya teman berangkat bareng yaitu Mbak Ida. 

          Istri saya mendaftar haji di salah satu agen yaitu Raudoh Hajj Umroh Australia. Saya nggak bisa melarang istriku untuk berangkat haji tahun 2014 lalu karena memang saya tidak punya rencana untuk naik haji dibarengi rasa takut akan kehilangan pekerjaan dan ketidak siapan saya untuk menjadi seseorang yang bagus ibadahnya karena kadangkala aku lalai dalam menjalankan ibadah kepada Allah.
           Istri saya sudah siap berangkat haji dan biaya sudah hampir lunas. Istri saya berangkat bersama 6 orang lainnya dari Canberra dengan Agen yang sama. Istri saya mendiamkan saya dan hanya seperlunya bicara. Saya pun banyak ditanya teman-teman bahkan mertua, kenapa tidak naik haji bareng istri. Dan kujawab “saya belum siap”. Dan mereka pun diam

          Akhirnya ada peristiwa yang menggugah hati saya dan akhirnya saya memutuskan untuk berangkat Haji dan tapi rasanya itu tidak mungkin mengingat sekitar 3 bulan lagi, jemaah haji akan berangkat ke Tanah Suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji. 

Saat itu ada manasik haji di rumah salah satu calon jemaah haji di Canberra. Dan istri saya ikut hadir tapi saya tidak karena tidak ada rencana dan masih ragu. Tapi keesokan harinya, pembimbing calon jemaah haji itu yang bernama Ustaz Ari menjadi penceramah di salah satu group pengajian yang namanya Group Pengajian Keluarga dan pelaksanaannya di rumah saya dan istri saya lagi-lagi punya rencana untuk ngadain di rumah karena istri saya tahu kalau saya orangnya kurang inisiatif dalam melakukan sesuatu dan hanya menunggu.

          “Kenapa Mas tidak mau Naik Haji?” “Apa tidak kasihan sama istrimu berangkat sendiri tanpa muhrimnya?” Tanya ustaz Ari

“ Saya belum siap Pak Ari..dan cuti saya tidak cukup untuk berangkat haji tahun ini dan rencana saya tahun depan dan nggak apa-apa saya berangkat sendirian”, jawab saya.

“Kok kamu takut kehilangan pekerjaan, apa mas ragu dengan janji Allah, dimana Allah akan melipat gandakan rejeki umat manusia yang datang memenuhi panggilan Nya”

“Kalau perkara siap dan tidak siap itu tergantung manusianya dan manusia tidak akan pernah siap untuk berangkat ke sana” kata ustaz Ari..

Akhirnya setelah saya berpikir lagi dan mencoba mengikhaskan diri bilamana nanti kehilangan pekerjaan dan kena ganjaran waktu menunaikan ibada haji, karena katanya Allah akan memberikan ganjaran kepada manusia bila mereka lalai dalam memenuhi kewajibannya sebagai seorang Muslim

“Baiklah Pak Ari, saya siap berangkat haji dan kasihan juga kalau istri saya berangkat sendirian tapi dengan syarat saya harus satu group dengan istri saya kalau tidak saya tidak mau”, jawab saya kepada Ustaz Ari.

           Sebenanrya saya tidak tahu bahwa di Australia itu banyak agent Perjalanan Haji baik itu Labaik Group, Adam Hajj , BMA dan lain-lain dan saya pikir Ustaz Ari ini adalah bagian dari Pembimbing Haji yang dipunyai orang Australia yang mungkin saja bisa mengatur supaya saya bisa satu rombongan sama istri tapi tahunya Pak Ari ini hanya mewakili Group Raudoh Hajj saja dan tidak mewakili yang lainnya. Saya tahunya yaitu pada saat saya mau Manasik Haji terakhir di Raudoh Hajj Sydney dan Raudoh Group ini rupanya punya perwakilan di Seluruh Australia.

            Kenapa kami memutuskan berangkat haji dari Australia, yaitu karena kemudahan yang dimiliki yaitu tidak harus menunggu lama-lama seperti di Indonesia yang mana harus menunggu 10 atau 15 tahun lagi. Tapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi walaupun pakai student visa yaitu tidak di Australia minimal 2 tahun dan visa kami mulai awal Januari 2012 dan bilamana di tahun 2014 menjadi selisih 1 tahun dan masuk syarat untuk berangkat Haji di Tahun 2014 itu. Sedangkan syarat-syarat lain sama seperti di Indonesia.

           Tidak semua orang bisa Naik Haji dan hanya orang-orang yang beruntunglah yang bisa mendapatkannya. Dan mungkin kami adalah sebagian dari orang-orang yang beruntung itu. Karena mendapatkan peluang untuk naik haji dari orang-orang yang tidak beruntung itu. Kenapa saya katakan tidak beruntung? Karena banyak orang muslim yang berkeinginan untuk pergi haji dan mereka telah mendaftar dan telah membayar lunas semua biaya keberangkatan haji tapi mendadak tidak jadi berangkat. Bisa karena meninggal, bisa Karena sakit, bisa karena hamil dan bisa karena macam-macam alasan. Dan hanya Banyak orang yang kecewa karena tertunda untuk pergi haji tapi bila kita kembalikan lagi bahwa kita pergi haji atas karena kehendak Allah dan memenuhi panggilan Allah, tentunya rasa ikhlas untuk menerima kalau tidak bisa naik haji akan segera muncul dan mencoba kembali membenahi ibadahnya agar lebih baik dan bisa diterima oleh Allah.

     Begitupun dengan kami akhirnya bisa berangkat haji karena ada orang yang mundur dan tidak jadi berangkat dengan alasan-alasan tertentu. Dan tentunya kami memperoleh keberuntungan bisa naik haji dari orang-orang yang tidak beruntung tadi. Menjelang keberangkatan Haji, kami berusaha menjaga ibadah kami, melakukan sholat malam, perbanyak bersedekah, melakukan perbuatan baik, baik itu kepada sesama manusia maupun mahluk lainnya. Kami melakukan itu untuk menjaga peluang kami agar tetap menjadi orang yang beruntung dan mendapat ridho Allah untuk naik haji di tahun 2014 itu.

       Alhamdulillah, Akhirnya saya bisa naik haji bareng dengan istri saya dimana seminggu kemudian setelah berjumpa dengan Ustaz Ari. Teman saya telp dan mengabarkan bahwa ada 1 seat kosong karena ada yang mendadak batal, dan dia berusaha untuk menelpon istri saya tapi istri saya sedang sibuk bekerja dan jadinya dia langsung telpon ke saya. Akhirnya saya mendaftar untuk naik Haji dengan agent perjalanan haji yang sama dengan istri saya dan Alhamdulillah, do’a saya terkabulkan.

       Tapi sebenarnya banyak juga kendala bagi saya untuk naik haji dimana saya harus rela bilamana saya harus kehilangan pekerjaan bilamana nanti sekembalinya saya dari Saudi Arabia. Tapi saya tetap ingat saja dengan yang ustaz Ari bilang mengenai janji
 Allah. Jadi saya ikhlaskan saja bilamana saya harus kehilangan pekerjaan sebagai cleaner di ISS.
       Saya bekerja sebagai cleaner di ISS Facilities Services Australia dan lokasi kerjanya di Kampus ANU (Australian National University) di Canberra. Saya bekerja dari pagi sampai sore. Di pagi hari saya bekerja sebagai supervisor Cleaner dan siang hari saya bekerja sebagai pembersih sarang laba-laba di gedung-gedung yang ada di lingkungan Kampus selain pekerjaan-pekerjaan lain atas permintaan Client bilamana diperlukan. Sebenarnya saya takut untuk naik haji karena takut dengan ganjaran yang diberikan oleh Allah bila saya berada di tanah suci Makkah dan Madinah, karena setiap hari saya membersihkan sarang laba-laba dan secara tidak sengaja pun membunuh laba-laba. Itu yang sangat saya khawatirkan sekali. Tapi saya ikhlaskan juga dan mohon ampun kepada Allah karena saya tidak punya pekerjaan lain selain membersihkan sarang laba-laba di siang hari di areal Kampus ANU. Apalagi dengan menggunakan visa spouse student dan dengan kemampuan bahasa englihs yang terbatas, rasanya sulit bagi saya mencari pekerjaan yang lebih baik selain bekerja sebagai cleaning service.

            Selain takut kehilangan pekerjaan dan juga kerja membersihkan sarang laba-laba, juga saya khawatir dengan amal ibadah saya juga, dimana saat menjalankan sholat lima waktu masih bolong-bolong dan masih tidak rajin membaca Al Qur’an dan intinya ilmu agama saya masih kurang bilamana saya naik haji. Dan semua kekhawatiran itu selalu saya pikirkan sepanjang persiapan untuk berangkat Haji.

            Selain kendala pribadi juga ada kendala dalam kepengurusan visa untuk haji dimana sampai batas waktu rencana keberangkatan kami, visanya belum selesai alias passport masih tertahan karena visa belum selesai juga diurus. Istri saya yang rencana berangkat duluan ke Jakarta, untuk menghadiri pernikahan sepupunya di Medan, akhirnya batal berangkat dan akhirnya berangkat bareng dengan saya di tanggal 10 September 2014 dan dengan penerbangan yang sama. Banyak teman-teman jemaah haji di group haji kami, yang akhirnya membatalkan keberangkatan karena visa haji belum keluar juga dari embassy Saudi Arabia di Canberra.

       Allah yang mengatur semua, akibat dari istri saya tidak jadi berangkat tanggal 6 September 2014, maka istri saya sempat bertemu dengan orang tuanya di Canberra. Kami sebelum memutuskan untuk berangkat haji, meminta tolong kepada mertua saya untuk bisa menjaga anak-anak kami selama kami naik haji. Dan Alhamdulillah, Beliau menyanggupinya dan Kedua mertua saya akhirnya berangkat tanggal 8 September 2014 dari Indonesia dan Sampai tanggal 9 September 2014 di Canberra. Dan istri saya yang menjemput mereka berdua, dikarenakan saya bekerja. Dan bilamana istri saya jadi berangkat tanggal 6 september 2014, tentunya saya yang harus menjemput dan istri saya tidak berjumpa dengan kedua orang tuanya sebelum kami berangkat Haji.

      Hari Rabu, 10 September 2014, kami berangkat dari Ke Indonesia. Dengan rute perjalanan naik bus Murray berangkat jam 4 pagi dari Canberra dan tiba di Sydney International Airport sekitar pukul 9 pagi. Setelah menjalani process check in dan process lainnya di Bandara tersebut akhirnya kami berangkat ke Indonesia dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Dan tiba di Jakarta sekitar pukul 4 sore.
     

Pekanbaru, 17/04/2014