Wednesday, 13 June 2018

KETIKA SEMPROTAN AIR MENYELAMATKAN NYAWA MANUSIA DI TEROWONGAN MINA


Saya mencoba menshare pengalaman Ibadah Haji tahun 2014 lalu dan kali ini mengenai semprotan air. Semprotan air ini dengan kipas di atasnya akan membuat kita menjadi segar saat menghadapi udara panas saat menunaikan ibadah Haji di Makkah. Kalau di Madinah, kita tidak terlalu memerlukan Semprotan Air ini karena ibadah kita hanyalah ke Masjid Nabawi dan routenya Hotel ke Masjid Nabawi. Dan cuaca di Madinah dan di Makkah, bagi saya itu berbeda karena udara di Makkah lebih panas dari udara di Madinah. 

Kenapa kita memerlukan semprotan air ini, semprotan air ini diperlukan saat kita melaknakan beberapa rukun dan wajib haji dimana semprotan air ini sangat di perlukan pada saat kita berada di Mina, berjalan kaki dari Tenda Mina menuju ke tempat melempar jumroh, dalam terowongan Mina, saat di Muzdalifah, saat wukuf di Arafah, saat tawaf dan sa'i ataupun dimana saja bahkan teman saya ada yang pakai di hotel atau saat di Bus. Jadi Semprotan air ini diperlukan bagi anda yang tidak tahan panas. 

Jangan dianggap enteng efek panas yang ada di Makkah karena ada beberapa jemaah yang akhirnya pingsan akibat kelelahan dan dehidrasi bahkan bisa menyebabkan Heat Stroke. 

Harganya tidak terlalu mahal, mungkin sekitar 60 ribu rupiah, dan dulu saya beli ini di Toko Bin Dawood, semua toko Bin Dawood ada menjual semprotan air ini. Ada kipasnya, dan air dimasukkan ke bagian bawah semprotan air tersebut. Airnya di isi saja air Zam-Zam dan sediakan botol khusus untuk menampung air zam-zam sehingga jika air pada semprotan bisa ditambah lagi. Ada bateree yang dipasang untuk menjalankan kipasnya. nanti air keluar pada saat kita menekan tombol yang berwarna abu-abu seperti pada gambar.  Semprotan air ini sangat-sangat bermanfaat buat anda yang melakukan Ibadah haji pada umumnya.

Photo disamping ini adalah tangan saya yang diphoto oleh salah satu jemaah kami. Dimana waktu itu saya sedang menyemprotkan air ke semua rekan-rekan jemaah haji kami agar mereka dapat diberikan kesegaran saat melakukan tawaf kala itu. Karena tawaf itu berdesak-desakan dan menguras tenaga.
photo diambil dari koleksi Ibu Astri Nugraha

Saya selalu membawa Air Minum dalam botol dan juga Semprotan air ini kemanapun saya pergi selama di Makkah, dan biasanya saya gunakan pada saat kondisi ramai dan berjalan kaki. Kebanyakan digunakan di Terowongan Mina dan sewaktu Tawaf, karena untuk waktu-waktu lainnya jemaah haji kami sudah punya masing-masing dan cuma heran saja kenapa mereka tidak membawa semprotan air tersebut ketika melewati terowongan Mina.

Ketika saya semprot ke muka saya dan ke tangan saya, saya merasa segar dan kadang jemaah kami minta saya menyemprotkan air ke muka mereka dan juga tak kala jemaah haji dari negara lain pun meminta saya menyemprotkan air ke mukanya. Dan sungguh-sungguh sangat bermanfaat sekali memiliki semprotan air ini. Dan saya Insha Allah dapat pahala dengan menyemprotkan air ke mereka.

Kejadian di terowongan Mina itu sungguh-sungguh panas sekali manalagi jaraknya cukup jauh menuju ke tempat melempar jumroh, sehingga banyak yang kepanasan dan dehidrasi seperti yang dialami oleh seorang bapak orang Indonesia yang waktu di terowongan Mina, saya lihat tengah dikerubungi orang dimana bapak itu terduduk lemas dan walau sudah dikasih air minum masih saja lemas dan tak mampu melanjutkan perjalanan. Akhirnya saya semprotkan saja air zamzam dari semprotan air ke muka Bapak itu berkali-kali dan berdo'a agar Bapak tersebut bisa segar kembali. Tapi tindakan saya waktu itu seolah-oleh mendapat hambatan dari seorang ibu yang ada di sana. karena dia melarang saya menyemprotkan air ke muka bapak itu. Tapi saya cuek dan tetap menyemprotkan air tersebut ke muka bapak itu. Dan dirasa sudah banyak air yang saya semprotkan , akhirnya saya melanjukan perjalanan untuk melempar jumroh. 

Setelah itu, Saya dengar dari pembimbing haji kami bahwa bapak itu hampir mati karena sudah lemas. jadi pembimbing haji kami memijat-mijat bapak itu agar bapak itu segera pulih kembali dan Alhamdulillah katanya sudah pulih. 

Tidak hanya itu saja, ada juga seorang ibu-ibu warga berwajah India tapi saya tidak tahu persis dari negara mana, ditandu oleh beberapa orang dan dalam keadaan lemas, langsung saja saya semprotkan air zam-zam ke mukanya berulang-ulang dengan harapan semoga ibu itu lekas sadar. 

Semprotan air dijual di Canberra Australia dengan harga  AUD $5
Sedikit Catatan di Terowongan Mina :
Di Terowongan Mina, walaupun sudah dipasang kipas tapi tidak ada airnya, sedangkan para jemaah haji memerlukan air untuk mengadapi dehidrasi atau panas akibat berada di terowongan dengan jumlah jemaah yang ramai seperti itu. Mudah-mudahan saat ini kipas dengan disambungkan ke air sudah dipasang di terowongan Mina. Kalau hanya kipas saja tidaklah cukup. 

Banyak kejadian orang kena dehidrasi di dalam terowongan Mina sehingga mereka lemas dan tidak mampu melanjutkan perjalanan. Walaupun sudah dipasang eskalor berjalan tapi kapasitasnya tidak mampu menampung orang segitu banyaknya. Air tetap saja di perlukan di dalam terowongan itu. Dan selama melewati terowongan tidak ada dijumpai tempat air minum. Walaupun ada tempat-tempat istirahatnya.

Banyak jemaah haji termasuk dari Indonesia, itu tidak pernah membawa air minum saat berjalan melewati terowongan Mina karena mungkin saja mereka bingung mau diletakkan dimana air minumnya. karena mereka tidak mempunyai tas yang agak besar untuk air minum. Makanya saya selalu membawa tas yang sedikit besar untuk menampung botol minuman yang banyak agar bisa dibagi-bagi ke jemaah Indonesia. Kebetulan persediaan air minum di Group Haji kami tidak terbatas.

Dan yang ngeri nya lagi banyak jemaah haji yang sudah tua pun tidak membawa air minum. Dan itu cukup membahayakan nyawa mereka. Tapi mungkin kadang ada beberapa jemaah yang ingin meninggal di Makkah dan Madinah agar mendapatkan Surga di Akhirat tapi tidak memikirkan keselamatan dirinya sendiri. 

Mudah-mudahan kipas yang besar dan mengalirkan air bisa dipasang di dalam terowongan Mina dan bahkan diperbanyak demi menyelamakan nyawa manusia, karena tidak semua jemaah haji yang berada di terowongan Mina ingin meninggal di sana.

Semoga kisah diatas bisa menjadi salah satu referensi buat anda yang tengah menunaikan Ibadah Haji. Jangan lupa bawa semprotan seperti yang saya share diatas karena saya ingin anda semua selamat selama menunaikan ibadah haji dan mendapat Haji Mabrur serta bisa kembali ke Indonesia dengan selamat untuk berjumpa kembali dengan keluarga, anak, suami, istri ataupun saudara-saudara lainnya.




KARPET RAUDOH ITU BERWARNA HIJAU BUKAN MERAH.

Raudhah, ialah satu tempat yang sangat mulia di dalam Masjid Nabawi. Selain menjadi lokasi Rasulullah SAW dan para sahabatnya beribadah dan tempat turunnya wahyu kepada baginda, ia juga merupakan taman syurga berdasarkan hadis Nabi.
“Ruang antara rumahku dan mimbarku adalah satu taman daripada taman-taman syurga. Dan mimbarku terletak di atas kolamku”


Kedudukan Raudhah adalah di antara rumah Rasulullah SAW dan Sayyidatina Aisyah RA dengan mimbarnya. Panjangnya ialah 26 meter jika diukur dari timur bermula dari rumah tersebut hingga ke mimbar di sebelah baratnya. Tetapi sekarang hanya tinggal 22 meter kerana telah disekat dengan pagar makam. Lebarnya pula 15 meter bermula dari Mihrab Rasulullah SAW di sebelah selatan hingga ke akhir rumah tersebut di sebelah utara mengikut pendapat yang masyhur di kalangan ulama’. Sebagai tanda, tempat ini dihampari dengan karpet berwarna putih hijau.



Hari pertama di Madinah, tidak ada kegiatan berarti. Jadi kami hanya ke Masjid Nabawi, sholat , makan dan hotel. Tapi sebagian dari jemaah haji kloter kami tidak tinggal diam dan kebanyakan mereka jalan-jalan ke dalam masjid Nabawi, berbelanja di kedai-kedai yang berada di dekat hotel dimana kami menginap.



Tibalah malam hari, dimana biasanya berjalan ke Masjid beserta rombongan dengan Pak Anto dan Pak Ahmad, tapi kali ini tidak karena saya malam itu terbangun sekitar pukul 2 malam. Kulihat rekan satu kamar masih pada tidur dan tidak enak pula rasanya untuk membangunkan mereka. Akhirnya saya keluar hotel dan menuju ke Masjid Nabawi.



Saya mempunyai kebiasaan bangun jam 3 pagi atau tidur tidak cukup dimana keseharian saya di Canberra bekerja mulai jam 4 pagi. Jadi mau tak mau saya tidur sekitar 4-5 jam sehari di hari kerja tapi kalau weeked bangunnya rada siang. Kebiasaan tersebut terbawa juga di Makkah dan Madinah.  Tapi saya bersyukur kepada Allah karena saya bisa tidur sedikit dan diberi keluasaan dalam menjalankan ibadah Haji.



Tapi disamping karena kebiasaan bangun lebih awal, saya juga mendapat masukan dari Ustaz Nur Ihsan Jundullah sewaktu masih belum berangkat Haji.



“Kalau di Makkah dan Di Madinah itu malam jadi siang dan siang jadi malam. Karena kebanyakan orang beribadah di malam hari dan tidur di siang hari. Jadi kebanyakan Jemaah Haji pada malam hari ke Masjid Nabawi untuk Ibadah kepada Allah dan Siang hari tidur di hotel. “



“Lagipun saying bilamana sudah berada di Makkah dan di Madinah kerjanya hanya tidur dan di hotel. Lebih baik habiskan waktu di masjid pada malam hari.”



Kata-kata ustaz Nur Ihsan tersebut seakan-akan membuat saya berkeingin melakukan hal seperti yang disampaikan ustaz ihsan, yaitu malam di masjid dan siang di Hotel.



Sepanjang perjalanan dari Hotel menuju ke Masjid Nabawi, memang terlihat banyak toko-toko sudah pada tutup tapi tetap saja ramai orang berlalu lalang. Jarak Hotel yang kami tempati tidaklah begitu jauh dari Masjid. Mungkin sekitar 100-200 meter saja. Setelah tiba di dalam masjid Nabawi, saya langsung melaksanakan sholat Isha dan dilanjutkan dengan sholat tahajjud. Memang kadang kebasaan jelek saya adalah saya selalu menunda-nunda sholat isha agar saya bisa bangun di malam hari dan sekaligus bisa mengerjakan sholat tahajjud.



Setelah melaksanakan sholat tahajjud, selanjutnya saya lupa apakah saya membaca Al Qur’an atau langsung mengitari masjid Nabawi. Banayk terlihat orang yang tidur di Masjid Nabawi dan Nampak masjid nabawi ditutup sebagian dimana agar memudahkan para cleaning service untuk membersihkan karpet yang ada di dalam masjid. Sejauh berjalan akhirnya saya menuju ke Raudhoh, terlihat banyak orang-orang berkerumun di sisi sebelah kiri mimbar dan terlihat antrian begitu banyak. Saya mencoba masuk ke dalam raudhoh lewat depan tapi disuruh oleh askar agar ke samping. Akhirnya saya ikutan antri dan dengan semboyan “nothing to loose” kalau bisa masuk yach syukur dan kalau tak bisa masuk yach tak apa-apa, karena besok pun bakal bareng rombongan masuk ke Raudhah lagipun saya tidak begitu paham apa yang harus saya baca selama berada di dalam raudhoh, yang saya tahu hanyalah sholat sunnah dan berdo’a. saya bermaksud untuk mendoakan teman-teman yang masih belum bisa berangkat ke Madinah agar bisa dipermudah urusannya.



Ada sekitar 6 orang yang masalah dengan pasportnya dimana system di kedutaan Arab Saudi di Canberra tidak bisa membaca barcode yang ada di passport mereka. Sehingga akhirnya mereka tertahan. Saya lupa nama-nama mereka dan sempat saya sms Istri saya atau siapa untuk menanyakan nama ke enam orang tersebut. Akhirnya setelah antri menunggu sekitar setengah jam, akhirnya tirai dibuka dan orang-orang pada berlarian sehingga bikin saya heran dan berpikir”apa yang mereka kejar?”


Mungkin posisi , mereka mengejar posisi yang pas untuk bisa sholat di dalam raudhoh. Dan saya hanya berjalan santai dan saya lihat ada posisi kosong di karpet warna merah dekat tirai, akhirnya saya sholat di sana, saya sholat sunnat beberapa rakaat dan berdoa untuk keluarga dan orang tua yang meninggal. Tak terasa air mata menetes tiada henti. Akhirnya saya menangis. Bisa dikatakan berada di Raudhoh atau berada di Masjid Nabawi bikin menangis dengan mudah.



Saya pun membaca doa untuk enam orang yang belum bisa berangkat agar dimudahkan urusannya dan agar bisa berada di tanah suci madinah seperti saya. Tak terasa air mata menetes untuk kesekian kalinya. 


Setelah selesai berdo’a saya keluar dari raudhoh padahal saya lihat masih banyak orang yang sholat sunah disana dan tidak mau meninggalkan Raudhoh sebelum masa waktu berakhir dan nampaknya setiap berada di raudhoh itu sekita 20 menit. Setelah lewat 20 menit barulah kita diusir untuk keluar karena masih banyak orang yang ingin berada di raudhoh. Setelah keluar Raudhoh saya masuk ke dalam masjid nabawi sambil melaksanakan sholat sunnah dan sholat penutup yaitu sholat witir dan setelah subuh saya kembali ke hotel untuk tidur kembali.



Sekitar pukul 8 pagi saya bertemu dengan ustaz Ferry di sela-sela sarapan pagi dan bertanya mengenai keberadaan enam orang yang tertahan tersebut dan Beliau jawab “Belum ada khabar. Tapi saya dan Pak Berry ke Raudhoh untuk mendoakan agar dimudahkan urusan ke enam orang ini”



“Saya pun semalam ke raudhoh juga, Pak” cakap saya.



“Di raudhoh, duduk di karpet mana? Hijau atau Merah? Tanya beliau



Saya jawab,”Karpet merah, emang kenapa?”



“Kalau Raudho itu karpet warna Hijau da itulah Taman Surga,”kata ustaz Ferry.



Akhirnya saya terbengong-bengong mendengar perkataan ustaz tersebut karena saya beranggapan bahwa yang di dalam pagar itu adalah raudhoh tanpa melihat warna karpetnya, Hijau atau Merah. Ada rasa menyesal kala itu kenapa saya duduk di karpet merah dan bukan warna hijau. Jadi apa yang saya kerjakan kala itu adalah sia-sia belaka dan mungkin do’a saya tidak sampai ke Allah dan berniat untuk berdo’a kembali di atas karpet hijau bilamana berada di Raudhoh.



“Berarti saya belum masuk Raudhoh yach Pak?” Tanya saya



“Iya , Pak..Tapi nanti malam kita bersama rombongan mau masuk raudhoh. Nanti saya kasih tahu.” Kata ustaz menghibur saya.



Tapi setelah sore hari, kami mendapat khabar bahwa keenam orang tersebut bisa berangkat karena pasportnya sudah bisa terbaca oleh system. Mereka bisa berangkat Hari Rabu dari Sydney menuju ke Madinah setelah transit di Jakarta. 





Intinya hanyalah Allah yang tahu niatan hati kita untuk memohon kepada agar diberikan segala kemudahan demi niatan untuk mendatangi rumah Allah saat menunaikan ibadah  Haji.

SETEGUK AIR ZAM-ZAM MENGIRINGIKU PUASA SUNNAH SENIN KAMIS

Assalammualaikum,

Ini kisah adalah cerita sebenarnya saat penulis tengah menjalani Ibadah Haji tahun 2014. Ketika itu saat di Madinah. Tiba-tiba terbersit keinginan untuk Puasa di Hari Kamis dimana pada waktu itu saya tidak punya niatan atau bisikan hati untuk melakukan puasa di Hari Senin, dimana kita ketahui kami tiba di Madinah pada hari Senin Pagi.

Malam itu , malam rabu dan penulis sehabis makan malam, dan sholat Isya, tiba-tiba ada terbersit di Hati untuk melakukan Puasa di Hari Senin Kamis. Tapi waktu itu puasa nya jadinya Puasa Sunah Kamis. Penulis sudah mempunyai rencana matang untuk mencari makan sahur di malam hari sebelum tidur. Semua rencana sudah matang banget dan Penulis juga beranggapan pastinya banyak orang yang akan berpuasa di hari Kamis dan mungkin saja kedai makanan dan minuman masih buka sampai subuh.

Namun, saat penulis terbangun pukul satu malam, penulis pun keluar dari hotel untuk mencari makan di sekitaran hotel dan Masjid Nabawi..Saat penulis melangkahkan kaki keluar hotel, di luar ternyata sepi dan sunyi serta gelap. Penulis pun berjalan ke arah Masjid Nabawi dan berharap ada toko yang buka di kawasan itu. Dan ternyata memang belum buka.

Akhirnya penulis pun memutuskan untuk kembali ke Hotel karena penulis berpikir masih ada roti yang tersisa sebelumnya. Saat penulis di kamar, penulis makan sisa-sisa roti dan Air Zam-Zam. Penulis niatin puasa sunnah kami dan meminta Allah bisa membantu penulis untuk bisa menyelesaikan puasa di Hari Kamis sampai masuk waktu Maghrib.

Setelah memakan sisa roti, sekitar pukul 1.30 pagi, penulis pun berangkat ke masjid Nabawi untuk Sholat Tahajjud dan juga bermain-main di Taman Surga Raudoh. Penulis punya kebiasaan jelek dimana kalau belum makan nasi rasanya masih terasa lapar saja. Tapi dengan keyakinan yang kuat untuk melakukan puasa Kamis, maka sebelum masuk waktu subuh, penulis pun meminum air zam-zam sebanyak-banyaknya agar perut terasa kenyang. Mungkin lebih dari 2 liter penulis minum air zam-zam. Dan Alhamdulillah akhirnya Alhamdulillah, penulis mampu mencapai sore hari.

Sore itu sebelum masuk subuh, penulis masuk ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan sholat Maghrib berjamaah dan penulis pun sudah mempersiapkan minuman berbuka yaitu air zam-zam.

Tiba-tiba sebelum masuk Maghrib, ada selendang putih di pasang di depan saya, dimana saya duduk oleh pengurus masjid nabawi, terlihat banyak anak-anak muda sedang merapikan selendang tersebut dan meletakkan beberapa makanan dan minuman di atas nya.

Kulihat banyak jemaah masjid pada waktu itu duduk di depan selendang putih (membentuk meja) dan saling berpandangan sesama lainnya termasuk penulis juga. Jemaah haji dimanapun berkumpul di depan selendang, Penulis lihat banyak juga di sediakan makanan kecil untuk berbuka puasa..

Menu hidangan berbuka puasa di Masjdi Nabawi
Penulis lihat banyak orang yang masih duduk berhadap-hadapan untuk menunggu waktu buka puasa tiba Dan terus teras saya tidak tahu jam berapa pas nya masuk maghrib tiba. Penulis lihat, pengurus masjid Nabawi menuangkan teh ke gelas-gelas (saya tahu rasanya tidak enak) dan membagikannya ke Jemaah yang tengah duduk tadi untuk diletakkan di depan Mereka..

Kami semua jamaah masih menunggu dan menunggu waktu berbuka puasa tiba. Tiba-tiba ada yang memulai untuk berbuka puasa dan yang lain pun mengikutinya. Akhirnya banyak yang mengucap "Alhamdulillah" Dan saya pun ingin ikutan mereka juga untuk berbuka puasa tapi saya tidak mendengar suara Azan dikumandangkan.

Akhirnya penulis bertanya kepada oranng Indonesia yang duduk di hadapan penulis dan bertanya kepadaya

"Pak, sudah buka yach? tanya saya penasaran tapi saya belum berani mengambil makanan.

"Ya, Kali Pak", jawab dia sambil menikmati hidangan dihadapannya.

"Kok, saya tidak mendengar suara Azan Maghrib", tanya saya lagi.

"Maaf Pak, saya tidak puasa jadi saya makan. Saya makan pun karena banyak yang duduk disini dan saya ikut. Mereka makan yach saya makan", jawab dia lagi sambil melanjutkkan makannya.

"Yang makan pun banyak tak puasa Pak", jawab dia lagi.

Berbuka puasa bareng di Masjid Nabawi
Memang kulihat banyak sekali orang yang makan hidangan di hadapan mereka sebelum Azan di kumandangkan. Tapi saya ragu dan saya tidak mau berbuka sebelum terdengar suara azan. Kebetulan penulis duduk disebelah petugas yang membagi makanan tadi dan bertanya dengan memakai bahasa Isyarat (Bahasa Tarzan) dengan memperagakan dan intinya dari percakapan dengan bahasa Isyarat adalah :

"Sudah Azan Maghrib, Mas?" tanya saya ke petugas di dekat saya dengan memperagakan tangan

"Belum ", jawab dia sambil menggelengkan kepala

"Kenapa mereka sudah berbuka puasa, Mas", tanya saya sambil memperagakan makan.

Terus dia jawab dalam bahasa English yang bikin penulis malu. dan penulis memahaminya dimana kebanyakan yang duduk di depan meja hidangan itu kebanyakan mereka yang tidak berpuasa.

Tak lama kemudian, berkumandanglah Azan Maghrib dan kami pun segera berbuka dengan meminum Air Zam Zam terlebih dahulu dan makan kurma, roti. Saat ketika meminum Air teh Arab. bisa dirasakan betapa pahitnya teh tersebut.

Dan ketika saya di Makkah, Kami menginap di Zam-Zam Tower, dan waktu itu, saya pun berencana untuk berpuasa sunnah di hari Senin nya dan ketika kami sudah pindah dari Madinah ke Makkah di hari sabtu pagi nya.
Ketika penulis merencanakan puasa di hari Senin dan tidak ingin kejadian saat Sahur tidak ada makanannya dan minumannya. Selepas Isya penulis berbelanja di Bin Dawood dan kemudian masuk ke kamar dan tidur.

Ketika terbangun waktu menunjukkan pukul 2.30 pagi dan penulis pun iseng-iseng mengecek tempat makan atau food court yang ada di lantai 2-3 Zam Zam Tower. Saat penulis turun dari lantai 6 menuju ke lantai 2-3 , terlihat masih ada orang yang berlalu lalang. Dan setibanya penulis ke lantai yang banyak tempat jualan makanannya. Terlihat masih ada yang buka dan akhirnya pandangan penulis tertuju kepada restoran cepat saji KFC. Dan penulis pun memesan Kombo 2 dimana ada dua ayam, nasi dan minuman. Pada awalnya penulis mau memesan Pepsi Cola tapi karena khawatir perut penulis bakal bermasalah kembali akhirnya penulis memesan teh es.

KFC di Zam Zam Tower (from google.com)
Dan saat penulis duduk dan ingin melaksanakan Sahur yang nikmat, seketika itu juga Restoran tersebut tutup. Dalam hati penulis pun berucap "Alhamdulillah, sungguh beruntung bisa sahur makan ayam KFC" Dan akhirnya penulis pun makan dengan nikmatnya. tentunya sahur yang nikmat. Dan setelah sahur penulis pun kembali ke kamar hotel untuk berwudhu dan melanjutkan ke Masjidil Haram untuk melaksanakan sholat tahajjud dan subuh.

Dan sore harinya , penulis datang ke masjidil haram sekitar pukul lima sore dan bermaksud untuk berbuka puasa di dalam masjidil haram dengan harapan akan ada tersedia hidangan seperti yang penulis dapat saat berbuka puasa di dalam masjid Nabawi. Tapi sampai berkumandangnya azan Maghrib tidak ada satupun makanan yang tersedia di lokasi penulis duduk, walaupun sudah mencari. Dan akhirnya penulis pun minum air zam-zam untuk berbuka puasa dan setelah sholat Isya baru makan malam di Food Court di areal Zam-Zam Tower.

Tapi untuk puasa setelahnya yang di hari senin dan kamis, penulis tidak melaksanakan puasa senin kamis lagi karena penulis pun hanya ingin mencoba mencari pahala Allah di tanah suci umat Muslim dan siapa tahu pahalanya lebih besar dan tentunya ingin merasakan nikmatnya puasa saat melaksanakan ibadah Haji. Teman-teman pembaca pun bilamana nanti berkesempatan untuk datang ke tanah suci baik Makkah dan Madinah, usahakanlah puasa sunnah senin kamis dan perbanyak sunnah di tanah suci Makkah dan Madinah agar mendapatkan imbalan pahala yang lebih banyak dari Allah.

Hikmah lain yang mungkin yang dapat penulis cernah dari cerita di atas adalah Allah itu Adil , dan Allah itu mencoba mengajarkan keadilan kepada penulis. Buktinya saat penulis sahur di Madinah hanya meminum air zam zam dan sahur dapat takzil (hidangan makanan kecil) dan ketika di Makkah, penulis saat sahu bisa makan enak yaitu Ayam Goreng KFC yang besar-besar. namun pada saat berbuka puasa penulis hanya meminum Air Zam-Zam. Tapi selain cerita ini mengenai Allah itu mengajarkan kita supaya berlaku adil, masih ada lagi cerita lainnya yaitu mengenai Pakaian Umroh.

Tapi mungkin ada yang berbeda pandangan dengan kisah diatas , itu syah-syah saja.

Salam Pekanbaru


22 April 2017




KETIKA PAKAIAN IHRAM MU MINTA KEADILAN

Assalammualaikum Wr Wb.

Penulis mencoba menuliskan kembali kisah yang dialami penulis saat menunaikan ibadah Haji tahun 2014 yang lalu. Mohon Maaf, Penulis tidak ada bermaksud Riya tapi hanya ingin berbagi kebaikan mengenai apa yang dialami 

IHRAM adalah keadaan seseorang yang telah beniat untuk melaksanakan ibadah haji dan atau umrah. Mereka yang melakukan ihram disebut dengan istilah tunggal "muhrim" dan jamak "muhrimun". Calon jamaah haji dan umrah harus melaksanakannya sebelum di miqat dan diakhiri dengan tahallul.

Pakaian ihram bagi laki-laki adalah 2 lembar kain yang tidak berjahit yang dipakai untuk bagian bawah menutup aurat, dan kain satunya lagi diselendangkan. Sedangkan pakaian wanita ihram adalah menutup semua badannya kecuali muka dan telapak tangan (seperti pakaian ketika sholat). Warna pakaian ihram disunatkan putih.

Ketika ihram diharamkan baginya melakukan perbuatan tertentu seperti memakai pakaian berjahit, menutup kepala (bagi lelaki) dan muka (bagi perempuan), bersetubuh, menikah, melontarkan ucapan kotor, membunuh binatang dan tumbuhan, memotong rambut/ kuku, dan lain-lain.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ihram


Seperti tertulis diatas bahwa Pakaian Ihram itu terdiri dari dua helai yang berwarna putih, dimana yang satu diselendangkan dan satu lagi di pakai untuk menutup aurat. Cerita mengenai pakaian Ihram yang minta keadilan adalah sebagai berikut. 

Ketika penulis berada di Mina, Muzdalifah dan Arafah, penulis selalu memakai Pakaian ihram dan waktu cukup lama untuk memakai pakaian ihram. Jadi selama itu selembar pakaian ihram yang ada diatas, penulis pakai di atas dan yang sehelai lagi penulis pakai untuk menutup Aurat. Jadi mungki selama tiga hari tidak pernah berganti posisi. 

Anggaplah penulis terlalu banyak sugestinya , istri penulis pun bicara begitu. Selalu saja menghubungkan hal-hal yang gaib dan yang tak masuk akan dalam pikiran dan menggabungkannya dengan kegiatan fisik sehari-hari. 

Suatu ketika, mungkin itu hari ketiga atau keempat kami berada di Mina (maaf penulis lupa), penulis mandi pagi hari dan ketika selesai mandi, penulis merasa bahwa selembar pakaian ihram yang digunakan untuk selendang terasa berat dan tak tahu kenapa , pada waktu itu saat mau memakai selendang ihram. pakaian tersebut terasa berat. 
Tiba-tiba ada sebersit bisikan di hati , "Dia itu mau minta di bawah". Dan penulis karena selalu mendengarkan bisikan hati selama menunaikan Ibadah Haji. Maka penulis pun segera menukar pakaian ihram dimana helai pakaian ihram yang dipakai di bawah di pindah ke atas dan sedangkan yang dipakai di atas pindah ke bawah (menutup Aurat). 

Dalam hati penulis berujar" Pakaian Ihram pun minta keadilan kepada kita dan begini cara Allah mengajarkan kita mengenai keadilan. Dan anehnya adalah saat proses penukaran lokasi pakaian ihram di tubuh penulis selesai. Selebar Ihram yang dipakai diatas terasa ringan dan yang dipakai dibawah pun ringan.

Tapi kalau secara logika, bisa saja sewaktu penulis mandi, Air Shower yang dipakai memercikkan air ke pakaian Ihram penulis sehingga menjadi berat . Tapi itu terserah masing-masing anda untuk mensikapi tulisan ini. 

INFO :
Untuk teman-teman yang ingin menunaikan Ibadah Haji, karena waktu kita memakai Ihramnya lama, maka penulis sarankan agar bisa membeli sehelai lagi pakaian ihram sebagai spare /cadangan bilamana pakaian ihram yang anda gunakan terkena najis. Jadi bilamana terkena Nazis tentunya yang satu bisa dipakai dan satu bisa di cuci. Penulis banyak melihat orang memakai pakaian ihram tapi ada noda bekas nazis kotoran manusia melekat pada pakaian ihramnya. Baik di sewaktu ke toilet atau saat melaksanakan umroh. Tapi yang penting banyak istiqfar saja, membaca Ayat Kursi dan Surah lainya. 
dan bermohon kepada Allah agar kita semua terhindar dari segala macam masalah saat melaksanakan Haji dan Umroh.
Saya menggunakan cadangan satu helai. Walau tidak pernah dipakai tapi bisa bermanfaat bagi teman kita lainnya dimana kadang saat tidur Auratnya terbuka.

Dan juga sering ganti ganti posisi dalam menggunakan pakaian ihram dimana yang atas ke bawah dan yang bawah ke atas agar bisa adil. Ini hanya cerita saya alami tapi bilamana tidak mempercayai cerita ini pun tak apa-apa.



 Pekanbaru , 22 April 2017






MARI SAYA AJAK KAKEK KE HIJIR ISMAIL?

Assalammualaikum Wr. Wb,

Penulis akan bercerita kembali pengalaman penulis saat menunaikan Ibadah Haji tahun 2014 lalu. Dan salah satu cerita saya adalah ketika saya Alhamdulillah bisa membawa seorang kakek dari Jawa Tengah masuk ke dalam Hijir Ismail. 

Sekali lagi ada bisikan di hati saya untuk membawa Kakek tersebut ke dalam Hijir Ismail.

Sore itu, penulis datang ke Masjidil Haram untuk menunakai sholat Asyar dan Sambil menunggu sholat Maghrib  dan biasanya penulis duduk di lantai pertama yang menghadap ke Ka'bah. Dan lokasi tersebut menurut penulis nyaman sehingga penulis betah berlama-lama di dalam Masjidil Haram. Penulis pun asyik membaca surah-surah dalam Al Qur'an karena penulis berusaha untuk mengkatamkan bacaan Al Qur'an selama menjalankan Ibadah Haji . (Tapi belum Katam juga..red)

Ketika penulis duduk bersila sambil membaca Al Qur'an di Hp, penulis lihat ada seorang kakek yan berwajah orang Indonesia dan Keturunan Jawa. Dan penulis lihat kakek itu hanya diam dan bengong-bengong saja. Akhirnya penulis menyapa kakek itu.

"Dari Indonesia, Pak?" sama penulis.

"Iya, Pak," jawabnya lagi.

"Sendiri saja Pak dan istri tak ikutan" ? tanya saya lagi.

" Ya Pak, Istri saya sudah mennggal", jawabnya lagi..

"Innalillahi wainnalillahi rojiun, Maaf Pak,"Jawab saya 

"Asal dari mana, dan sama siapa kesini, Pak "tanya dia lagi

"Saya Indonesia tapi Haji kami dari Australia, Jawab saya 

Sebenarnya kakek itu bingung mendengar penjelasan saya. 

"Khan di Australia banyak orang Indonesia nya dan naik hajinya mudah, tidak perlu nunggu lama"

"Kalau saya sudah tinggal lebih dari dua tahun, kita bisa naik haji dari Australia, Pak"

"Saya berangkat sama Istri , Pak tapi istri saya nggak ikut saya karena dia sama teman-temannya", jawab saya panjang lebar.

"Bapak dari mana?"tanya saya

Hijir Ismail saat sholat wajib dilaksanakan
"Saya dari ..... (saya lupa nama daerahnya tapi antara Klaten dan Boyolali atau kota lain di Jawa Tengah...red) dan sekarang yach menjaga cucu karena anak saya kerja dan saya pensiunan", Jawa saya lagi.

Saya lihat sosok kakek itu masih sehat dan nampaknya dia sendirian juga di sana karena saya lihat di sekitar saya nggak ada orang Indonesianya. Nampaknya kami saja yang orang Indonesia di sana.

"Bapak sudah masuk ke dalam Hijir Ismail, Mencium Hajar Aswad dan menyentuh rukun Yamani" tanya saya ..

"Belum Pak, mana saya berani ..apalagi kondisinya ramai seperti itu", jawab dia dengan rada sedih. Terpancar keinginan dari matanya untuk pengen sekali berada di dalam Hijir Ismail.

Akhirnya saya terdiam dan kakek itu pun diam dan saya pun melanjutkan bacaan saya dalam membaca Ayat-Ayat Al Qur'an sambil saya berpikir mengenai kakek itu. 


Hijir Ismail ketika sedang ramai
Hati saya berkecamuk pada waktu itu karena saya sebenarnya sudah mengakhiri perjalanan saya ke dalam Hijir Ismail dimana hampir setiap hari baik siang dan malam saya selalu berada di dalam Hijir Ismail baik untuk berdo'a, sholat sunnah maupun kegiatan lainnya. Jadi sebenarnya bagi saya sudah sangat cukup untuk kembali ke dalam Hijir Ismail karena ingin memberi kesempatan kepada orang lain untuk masuk ke Hijir Ismail. Hati saya pada waktu itu berkecamuk antara ingin mengajak kakek itu ke dalam Hijir Ismail atau mengikuti keinginan lainnya yaitu sudah cukup masuk ke dalam sana.

"Bapak mau saya ajak masuk ke dalam Hijir Ismail?", tanya saya akhirnya.

"Saya mau sekali, Pak", Jawab dia dengan rasa senang.

"Baiklah Pak, yang penting Bapak ada di belakang saya, baca Ayat Kursi dan ikut arahan saya,"kata saya lagi. 

"Tapi tidak sekarang yach Pak, nanti selepas Sholat Maghrib kita masuk ke dalam ", kata saya lagi.

Setelah dia setuju, akhirnya saya kembali membaca Ayat-ayat Al Qur'an dan memperbanyak bacaannya karena bagi saya Bacaan Al Qur'an itu bisa menambah Adrenalin atau kekuatan saya untuk bisa masuk ke dalam Hijir Ismail dan juga selalu dari kata hati yang memperkuat keinginan untuk masuk ke dalam Hijir Ismail. 

  
Akhirnya setelah sholat Maghrib, kami bersiap-siap dan berjalan menuju ke lokasi tempat thawaf di lantai bawah dan kakek itu mengikuti saya. Alhamdulillah, saya sudah banyak tahu mengenai Masjidil Haram sehingga saya tahu dimana jalan yang terdekat untuk masuk ke areal Ka'bah dan Bapak terus mengikuti saya dari belakang dan saya selalu menengok belakang untuk memastikan bahwa kakek itu masih berada di belakang saya.

Ketika sudah sampai di areal Kabah, kami pun bersiap diri dan saya pesankan kepada kakek itu bahwa kita bukan ingin melaksanakan thawaf tapi kalau kita ingin masuk ke dalam Hijir Ismail , kita harus mengikuti arah putaran orang yang melakukan Thawaf. 

"Nanti Bapak jangan lupa baca ayat kursi dan memegang rompi saya ini", kata saya sambil menunjukkan dimana harus kakek itu pegang.

"Baik kalai bapak paham, mari kita masuk ke dalam Hijir Ismail, Bismillah", kata saya lagi.

Akhirnya kami pun merapat ke barisan orang yang melakukan thawaf, putaran pertama, kami masih mengikuti arah putaran orang melakukan thawaf dan putaran kedua sudah mulai masuk ke posisi terdekat dari kabah dan putaran ketiga kami sudah mencapai rukun Yamani dan saya minta kakek itu untuk menyentuh rukun Yamani . karena posisi pada waktu itu rukun Yamani tidak terlalu rame. Setelah menyentuh rukun Yamani akhirnya kami tiba ke lokasi Hajar Aswad dan kami ditawari oleh dua orang perempuan, orang Indonesia untuk mencium Hajar Aswad, tapi kami menolaknya.

"Bapak nggak apa-apa khan tidak mencium Hajar Aswad?"karena saya sendiri pun tidak berani. Karena terlihat orang seperti semut yang mencari makan di sebuah permen. "kata saya .

"Nggak apa-apa Pak, "Jawab dia lagi.

Akhirnya kami melanjutkan melakukan putaran berikut nya karena saya masih belum punya kesempatan untuk masuk ke dalam Hijir Ismail dan akhirnya saya lihat ada celah untuk masuk ke dalam Hijir Ismail dan saya bilang ke kakek itu , kita masuk , 

Akhirnya kami mencoba masuk ke dalam Hijir Ismail, walaupun berdesak-desakan dan saya minta kakek itu membaca Ayat Kursi dan penulis lihat bapak itu mendorong orang yang menghalangi nya dan akhirnya saya tegur kakek itu 

"Pak! tak boleh begitu ..jangan emosi dan sabar. Itu cobaan kita. Kalau Bapak pakai Emosi, kita tidak bisa masuk ke dalam Hijir Ismail karena kebanyakan manusia yang mencoba masuk ke dalam sini, membawa hawa nafsu sehingga cenderung mereka menzolomi orang lain", kata saya.

"Eh Maaf Pak..", Jawab dia lagi.

Akhirnya kami berhasil masuk ke dalam Hijir Ismail dan saya ajak bapak itu ke tengah dan terlihat posisi yang baik. Saya minta Bapak itu untuk melakukan sholat sunnah dua rakaat dan berdo'a untuk Alm. istrinya dan keluarganya. Dan saya hanya mencoba menjaga kakek itu agar tidak terinjak-injak oleh orang yang berdesakan di dalam Hijir Ismail. Caranya yach dengan memasang tangan penulis sebagai pagar kakek itu. 

Penulis waktu itu tidak melakukan sholat sunnah karena penulis hanya berdo'a dan menjaga kakek itu supaya tidak terinjak saat sholat sunnah. Dan ada sekitar 15 menit kakek itu berdo'a dan saya pun meminta kakek itu mempercepat do'a nya karena melihat kondisi pada waktu itu sudah mulai ramai dan berdesakan. Saya pun khawatir kalau nanti terlalu lama di dalam Hijir Ismail. Kakek itu bisa pingsan. 

Semasa kakek itu melakukan sholat sunnah dan berdo'a , penulis pun berpikir bagaimana caranya untuk keluar. Saat Kakek itu selesai melaksanakan sholat sunnah dan do'a, akhirnya kami pun keluar dari Hijir Ismail dan tak lupa saya minta kakek itu membaca ayat kursi selama kami mencoba keluar dari Hijir Ismail dan dengan mengikuti putaran orang yang melakukan Thawaf, akhirnya kami pun berada di posisi aman.

"Pak , kita sudah selesai dan bapak masih kuat kah? Tahu jalan pulang kah? tanya saya .

Saling membantu membuat pagar orang sholat di dalam Hijir Ismail
"Ya jawabnya. sambil mengucapkan terima kasih, akhirnya Bapak itu berjalan menuju ke tempat orang melakukan Sa'i dan saya pun keluar dari Masjidil Haram menuju ke Hotel kami di Zam Zam Tower unuk makan malam karena istri saya sudah menelpon 

Hikmah dari cerita ini adalah niat baik menolong orang yang ingin beribadah kepada Allah dengan mengikuti ritual-ritual yang dilakukan, semua itu tergantung keimanan kita kepada Allah.

Maaf saya bukan orang baik, tapi berusaha untuk menjadi baik dan mencari pahala dari Allah. 

Mudah-mudahan kita semua yang berangkat Umroh atau Haji bisa mendapat kesempatan untuk masuk ke Hijir Ismail. Karena banyak teman yang berangkat Haji bareng, tidak punya kesempatan untuk masuk ke dalam Hijir Ismail.

APA MUNGKIN MANUSIA BISA MENCIUM BAU MALAIKAT?

Assalammualaikum Wr. Wb,
Di depan pintu gerbang ini penulis mencium bau wangi seperti bau Malaikat

Penulis ingin menceritakan kembali pengalaman sewaktu menunaikan Ibadah Haji tahun 2014 yang lalu dan sekali lagi penulis menekankan bahwa penulis ingin berbagi kebaikan dan bukan untuk Riya. Mohon maaf bilamana nantinya dari cerita saya ini menimbulkan salah presepsi mengenai cerita saya ini. Tapi intinya kita tidak tahu apa yang terjadi karena itu semua adalah rahasia Allah SWT.


Pagi hari itu setelah beberapa hari di Madinah, saya bangun sekitar pukul dua malam dan itu biasa saya lakukan selama saya berada di Madinah. Karena rugi rasanya untuk tidur berlama-lama selama berada di Madinah. Setelah terbangun, saya langsung bangun dan mengambul wudhu. Kulihat tman-teman saya sekamar masih tidur dan pelan-pelan saya melangkah ke kamar mandi untuk mengambil Wudhu dan kemudian langsung menuju ke Masjid Nabawi.

Kami waktu itu menginap di Al Aqeeq palace arac hotel dan setiap kamar berisi 3 orang. Jarak antara hotel tempat kami menginap dengan Masjid Nabawi sekitar 100 - 200 meter. Kebiasaan jelek saya adalah saya jarang melakukan sholat Isya berjamaah di Masjid Nabawi kalau lagi datang rasa malasnya dan alasan lain mungkin saya bisa bangun pagi-pagi untuk sekalian melaksanakan sholat Tahajjud juga sambil bermain-main di dalam Taman Surga Raudoh bilamana ada kesempatan untuk masuk ke dalam nya. 

Singkat cerita sebelum menjelang subuh, saya melaksanakan sholat Witir dan saat azan subuh dikumandangkan dan setelah itu kami melaksanakan sholat Subuh berjamaah di Masjid Nabawi. Karena shaff di depan banyak yang kosong, maka saya maju ke shaff di depannya dan maju ke depan lagi dan begitupun dengan yang lainnya. 

Pada saat kami bersiap , tiba-tiba ada sesosok tubuh maju dan berdiri dekat saya. Sosok yang tinggi besar dan mungkin tinggi sekitar 2 meter dimana saya tingginya 1,76 meter. Saya tidak bisa melihat rupanya karena wajahnya tertutup dengan penutup kepala yang panjang (saya tak tahu apa namanya). Saat sosok itu berdiri di sebelahku, ada bau wangi yang saya cium dan membuat badan saya terasa segar dan segar (mungkin karena ada AC di dalam Masjid Nabawi). 

Kejadian Pertama.
Selama sholat subuh berlangsung, saya selalu meneteskan air mata saat Imam Masjid membacakan surah demi surah dan saya tidak tahu kenapa saya bisa menangis seperti itu dan lama. Apakah bau wangi itu apakah alasan lainnya. Sempat terbersit di pikiran saya dimana saya bisa cari bau parfum wangi seperti itu. Saat itu saya mengindahkan apa yang terjadi dan tidak pernah berpikir bahwa itu kemungkinan bau Malaikat.. Jadi setelah sholat saya langsung cari posisi untuk duduk dan tidur sejenak dan ngobrol dengan teman saya, dan hanya kami berdua. Dan itu pun ketemunya sewaktu menunaikan Sholat Subuh dan tidak sebelumnya. 


Kejadian Kedua,
Setelah kami duduk-duduk di masjid dan melaksanakan sholat Dhuha, kami pun beranjak pulang ke hotel, dan mungkin jam waktu itu menunjukkan pukul 6.30 pagi atau pukul 7 pagi. Suasana pada waktu itu sepi banget dan tidak seperti biasanya. Biasanya ada pasar kaget di depan gerbang jalan, tapi waktu itu tidak ada dan biasanya ada ramai orang berlalu lalang , pada waktu itu tidak ada orang dan sepi. Mungkin juga karena sudah agak siang jadi semua orang kembali ke hotel untuk beristirahat. 
Pasar Kaget di Dekat Gerbang Masjid Nabawi
Pada waktu itu kami berdua dengan teman saya, sebut saja namanya Sueb, berjalan berdua dengan saya dan mengobrol apa saja dan saya lupa apa yang kami obrolkan pada waktu itu. Selama
kami berjalan, terlihat seorang tukang sapu (petugas kebersihan Masjid) sedang menyapu di depan gerbang yang biasa kami lewati. Dan dalam benak saya pada waktu itu "Orang itu sedang mencari sedekah dan kenapa sudah siang begini masih saja menyapu padahal tempatnya sudah bersih" jadi saya menganggap tukang sapu itu hanya pura-pura. Dan sosoknya kecil mungkin tinggi sekitar 160 cm dan berbadan kecil dan rada hitam seperti orang-orang Bangladesh atau Pakistan. Jadi saya cuek saja dan tetap ngobrol dengan Pak Sueb.

"Bentar yach Pak Iwan, saya mau sedekah dahulu", kata Pak Sueb dan melangkah menuju ke tempat petugas kebersihan itu berdiri. Walaupun kami melangkah melewati petugas itu sekitar sudah dengan jarak 7 meter an. Jadi Pak Sueb itu melangkah balik menghampiri nya dan memberikan sedekahnya.


Saat Pak Sueb berjalan menuju ke petugas kebersihan itu, saya pun menunggu dimana posisi sekitar 7-8 meter jauhnya dari petugas kebersihan. Karena saya mungkin saat itu merasa malu dan segan karena saya sendiri tidak sedekah ke petugas itu.

Sewaktu Pak Sueb memberikan sedekah maka seketika itu juga tercium bau harum dan wangi seperti yang saya cium sewaktu melaksanakan sholat subuh pagi itu. Dan sambil Pak Sueb datang menghampiriku , bau tersebut tidak hilang dan mungkin hilang sewaktu kami tiba di hotel. 

Herannya saya pada waktu itu tidak ada seorang pun di dekat kami dan Bau badan Pak Sueb waktu itu tidak sewangi sewaktu sebelum jumpa dengan cleaner tersebut dan juga sewaktu kami melewati petugas kebersihkan tersebut saya pun tidak mencium bau wangi seperti itu dan baru setelah ada kebaikan baru tercium bau wangi tersebut tapi entahlah. Pada waktu itu saya masih belum beranggapan bahwa itu adalah bau Malaikat Subuh yang hadr mencatat kebaikan manusia.

Saya waktu itu tidak menceritakan kejadian Aneh itu ke Pak Sueb, tapi selang beberapa hari saya baru cerita ke Dia. Dan dia hanya ketawa aja.


Kejadian Ketiga,
Siang itu saya melaksanakan sholat Ashar berjamaah di Masjid Nabawi dan setelah melaksanakan sholat Ashar tersebut, kami pun bubaran. Dan sewaktu bubaran, saya pun mencari air Zam-Zam untuk mengisi botol minuman saya yang banyak tersedia di dalam Masjid Nabawi. Dan pada waktu itu saya bersama teman saya sebut saja namanya Pak Amir, dan sewaktu kami berjalan mau keluar masjid. Beliau minta berhenti dan dia bilang mau minum. Akhirnya saya pun berdiri sekitar 5 meter dari dia dan melihat kegiatan manusia di sekitar lokasi tempat air minum dimana ada yang menuangkan air minum dan memberikan ke beberapa jamaah dan seterusnya. Intinya banyak kebaikan di sekitar tempat air minum.

Tempat Penampungan Air Zam Zam di dalam Masjid Nabawi
Tiba-tiba tercium bau wangi itu lagi dan baunya pun sama seperti sewaktu di dalam masjid Nabawi dan sewaktu teman saya bersedekah. Wanginya sama persis dan membuat hati saya terhanyut. Dan saya hanya bisa diam dan akhirnya saya menganalisa bahwa bau wangi tersebut akan muncul dikala manuasia berbuat kebaikan kepada orang lain atau berbuat kebaikan kepada sesama manusia. 

Saya tidak tahu apakah itu bau wangi dari Malaikat karena saya sendiri belum jumpa dengan malaikat apalagi mencium baunya. Itu semua hanya Allah yang tahu. Karena saya cerita pun tidak akan ada yang percaya. Tapi udahlah saya cerita untuk berbagi kebaikan. Tapi selama saya di Masjid Nabawi mungkin ketiga kejadian itu saya yang saya alami dan saya tidak tahu hari apakah itu , Apakah hari jumat atau hari lainnya. 

Sejak saat itu saya pun rajin sedekah kepada petugas kebersihan Masjid Nabawi dan Masjidil Haraam tapi tidak ke pengemis yang ada disekitar Tanah Suci karena takut dengan kejadian yang dialami teman saya sebelumnya. 

Tapi sewaktu saya pindah ke Makkah dan akhirnya saya selesai haji dan kembali ke Indonesia/Australia, bau tersebut tidak tercium kembali.

Pecaya tidak percaya yach itu pendapat teman-teman sendiri dan mungkin saja kejadian tersebut bisa dialami teman-teman pembaca  blog ini dan Who know.

Salam

Pekanbaru, 21 April 2017

JANGAN PAKAI SANDAL SEWAKTU TAWAF

Cerita ini adalah salah satu pengalaman penulis sewaktu melaksanakan tawaf di lantai 2 yang dekat Kabah sewaktu haji tahun 2014.  Penulis mempunyai kebiasaan setiap habis sholat Wajib selalu ingin merasakan Tawaf di tiap-tiap lantai yang ada di dalam Masjidil Haram. Cuma untuk lantai yang paling atas dimana diperuntukkan untuk orang yang memakai kursi roda, Penulis tidak pernah tawaf di lantai tersebut. Yach karena waktu mengililing Kabah lebih teduh di bandingkan di lanta-lantai bawah nya. 

Siang itu saat setelah habis sholat Zhuhur , penulis ingin melakukan Tawaf / keliling Ka'bah di lantai kedua. Di Mana lantai tersebut tidak menggunakan atap. Yang jelas cuaca pada waktu itu sedang terik-teriknya sehingga bisa dibayangkan gimana panasnya kaki kita saat menyentuh lantai keramik.
Cara mensiasati agar kaki tidak terasa panas adalah dengan cara tidak membiarkan kaki kita menyentuh lantai keramik berlama-lama. Istilahnya jangan jalan lambat. Karena dengan jalan lambat, permukaan kaki kita akan lebih lama menyentuh lantai yang panas tersebut. Penulis pun berjalan mengitari Kabah dengan langkah yang cepat karena untuk menghindarkan kaki penulis menyentuh lantai berlama-lama. Karena panasnya lantai keramik tersebut membuat panas kejut di kaki penulis.

Tengah asyik penulis berjalan mengelilingi Ka'bah, Pada putaran kedua atau ketiga (penulis lupa), Penulis melihat ada seorang pemuda yang berjalan melewati penulis dengan menggunakan Sandal dan dengan cueknya dia melangkah. Penulis pun terkejut dan heran melihat tingkahnya dia. Padahal Sandal khan kotor apalagi dipakai di  Masjidil Haram. Nggak tahu azab Allah, dia.

Akhirnya saat dia mau mencoba melewati penulis, tiba-tiba dia terpeleset dan jatuh terduduk. Dan segera penulis mencoba membantunya. Dan ada rasa ketakutan saat dia terjatuh itu karena dia buru-buru. Atau mungkin dia malu karena banyak orang di sekitar dia. Akhirnya dia bangkit dari posisi jatuhnya dan segera dia melepas sandalnya dan sambil berlari kecil, dia meninggalkan penulis dan orang-orang disekitar dia pada saat itu dengan rasa malu. 

Hikmah dari cerita/ kejadian di atas adalah janganlah kita memakai sesuatu baik itu merupa sandal dan lainnya yang kotor atau kemungkinan mengandung Najiz ke dalam Masjidil Haram. Dimana kita tahu letak kesucian dan itu rumah Allah. No sandal when you tawaf. Kalau tak berani / sanggup menahan panas di Masjidil Haram, bagaimana menghadapi Panasnya Api Neraka nanti.

Semoga kita semua masuk surga dan tidak masuk neraka


Pengalaman Haji 2014

Pekanbaru 20 April 2017.